Askep Pasien Attention Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD) Part 2

7:16 AM

Asuhan Keperawatan (Askep) Pasien Attention Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD) Part 2


Hai teman-teman semuanya, apa kabar kalian? semangat pagiiii terus yaa
Berikut ini kami telah menyiapkan materi part yang ke 2 mengenai Askep pada pasien dengan Attention Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD) Part yang ke 2. Dibagian part ke 2 ini kita akan membahas mengenai Intervensi Keperawatan pada pasien ADHD. Mari kita simak dibawah ini

Askep Pasien Attention Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD) Part 2
Asuhan Keperawatan Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD)

Diagnoas Keperawatan ADHD

  1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
  2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
  3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat.
  4. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang buruk
  5. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
  6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
  7. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan perilaku.
  8. Risiko cidera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive


Intervensi Keperawatan

1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

Tujuan : 
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang
Kriteria Hasil :
  • Ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan
  • Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
  • Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.

Intervensi Keperawatan :

Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah realistis.




1. Hal ini penting untuk pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak.

2. Sampaikan perhatian tanpa persyaratan untuk pasien.


2. Komunikasi dari pada penerimaan Anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.

3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.

3. Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa Anda merasa bahwa dia berharga untuk waktu Anda.

4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak.



4. Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme bersikap membela.




5. Memberikan bantuan yang positif untuk identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.

6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam mengalami rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan.

6. Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri.






7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian tugas.





7. Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam 
Kriteria Hasil :
  • Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
  • Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat
  • Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun
Intervensi Keperawatan :

Intervensi Keperawatan Rasional
1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur

1. Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan

2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu

2. Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya

3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur


3. kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari diet anak

4. Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur

5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)

5. Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan bisa membuat tidur



6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini


6. Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas

7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam keadaan ketakutan

7. Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman



3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial 
Kriteria Hasil :

  • Anak mampu  penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain. 
  • Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial 
  • Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi
Intervensi Keperawatan :

Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.




1. Hal ini penting untuk  pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak.

2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.



2. Komunikasi dari pada  penerimaan Anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.

3. Sediakan waktu  bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.

3. Hal ini untuk menyampaikan pada anak  bahwa anda merasa bahwa dia berharga untuk waktu anda.

4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek  positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang melihatnya sebagai negatif.

4. Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme  bersikap membela. Memberikan bantuan yang  positif untuk identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif.


5. Memberikan bantuan yang positif untuk identifikasi amsalah dan  pengembangan dari  perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan  perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.

6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri  pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan  penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan

6. Pengakuan dan  pengyatan positif meningkatkan harga diri





7. Beri umpan balik  positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian tugas.





7. Pendekatan ini yang disebut shaping adalah  prosedur perilaku ketika  pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.


4. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang buruk

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain atau anak lain
Kriteria Hasil :

  • Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan
  • Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga
  • Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan
  • Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri
  • Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan
  • Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya
  • Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga
Intervensi Keperawatan :

Intervensi Keperawatan Rasional
1. Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien.




1. Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif dapat digunakan dengan efektif

2. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan

2. Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu



3. Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama klien dan lakukan kontak mata)

3. Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh]


4. Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret

4. Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks)

5. Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas

5. Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang akurat

6. Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil

6. Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya komponen tugas yang rumit

7. Berikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap



7. Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningkat dengan memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil

8. Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan




8. Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih efektif

9. Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas


9. Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan penyelesaian tugas

10. Bantu klien menyelesaikan tugas pada awalnya



10. Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri, memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara menyelesaikan tugas


5. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka  anak mampu mengurangi ansietasnya.
Kriteria Hasil :

  • Anak mengetahui penyebab dari cemas.
  • Anak mampu dalam memberi respons terhadap stress.
  • Anak mampu menunjukkan perilaku yang baik.
  • Anak tampak tenang dan tidak gelisah
Intervensi Keperawatan :

Intervensi Keperawatan Rasional
1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat yang positif dan tulus.

1. Kejujuran, ketersedian dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada hubungan anak dengan staf dan perawat.


2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau jogging, bola voli, latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok.)

2. tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik.



3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan tersebut padanya.


3. anak-anak cemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanisme pertahankan projektif dan pemindahan yang dilebih-lebihkan.

4. Perawat harus mempertahankan suasana tenang.

4. ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain

5. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.

5. keamanan anak adalah prioritas keperawatan.



6. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaanya.


6. sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi.



6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan 
Kriteria Hasil :

  • Berpartisipasi dalam pembelajaran dan mulai bertanya dan mencari informasi secara mandiri.
  • Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen.
Intervensi Keperawatan :

Intervensi KeperawatanRasional
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang banyak.



1. Peredaan dalam stimulasi lingkungan dapat menurunkan distraktibilitas. Kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan untuk tepat pada tugas dan membantu klien mempelajari interaksi yang tepat dengan orang lain, menghindari rasa terisolasi.


2. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi langkah.




2. Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat. Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktekkan contoh situasional. Keterampilan efektif dapat meningkatkan tingkat kinerja.

3. Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons perilaku.


3. Penggunaan psikostimulan mungkin tidak mengakibatkan perbaikan kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan studi anak.

4. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan keluarga



4. Keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika terapi tidak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan karena kurangnya komunikasi interdisiplin.


7. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan perilaku.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x ..., maka anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan.
Kriteria Hasil :

  • Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami keterlambatan 25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri atau kognitif , bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar. 
Intervensi Keperawatan :

Intervensi KeperawatanRasional
1. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak, temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk menentukan tingkat fungsional.


1. Hal ini penting untuk  anak dalam mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan perkembangan anak.

2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak lain.

2. Kenyamanan anak akan membantunya untuk dapat lebih mengontrol diri.

3. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada  perkembangannya.

3. Komunikasi yang efektif akan memudahkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

4. Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha mengekspresikan diri.

4. penghargaan terhadap prestasi anak akan meningkatkan kepercayaan diri anak

5. Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan anak.


5. Pengetahuan dari orang terdekat akan membantu anak dalam  mencapai tahapan perkembangan yang sesuai dengan umurnya.


8. Risiko cidera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhna keperawatan selama .... x 24 jam, maka anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
Kriteria Hasil :

  • Anak mencari orang lain untuk mendiskusikan  perasaan perasaan yang sebenarnya. 
  • Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
Intervensi Keperawatan :

Intervensi KeperawatanRasional
1. Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari - hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecugiaan.


1. Anak-anak pada resiko tinggi untuk melakukan  pelanggaran memerlukan  pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.

2. Observasi perilaku - perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri.







2. Pernyataan- pernyataan verbal seperti “Saya akan  bunuh diri,” atau “Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saya” atau perilaku - perilaku non verbal seperti membagi - bagikan barang - barang yang disenangi, alam perasaan  berubah.Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampikan maksudnya baik secara verbal atau nonverbal.

3. Tentukan maksud dan alat - alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyakan “apakah anda memiliki rencana untuk bunuh diri?” dan “bagaimana rencana anda untuk melakukannya?”

3. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung menyeluruh dan mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang memiliki rencana yang dapat digunakan adalah  beresiko lebih tinggi dari  pada yang tidak.

4. Dapatkan kontrak verbal atau tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk menemukan orang lain pada kondisi dimana pemikiran kearah tersebut muncul.





4. Diskusi tentang  perasaan-perasaan untuk  mencelakai diri sendiri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat  perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat  permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan  beberpa tanggung jawab untuk keamanan dengan anal. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan

5. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan- perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu  buku catatan kemarahan dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.

5. Informasi tentang sumber tambahan dari marahan, respon perilaku dan persepsia anak terhadapa situasi ini harus dicatat. Diskusikan apapun data dengan anak anjurkan  juga respon - respon  perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif

6. Bertindak sebagai model  peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan.




6. Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan - perasaan marah, karena  mencelakai diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri

7. Singkirkan semua benda- benda yang berbahaya dari lingkungan anak.


7. Keamana fisik anak adalah prioritas dari keperawatan, dan juga untuk menhindari anak melakukannya pada orang lain.

8. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.

8. Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman.





Demikianlah artikel yang singat kami berjudul Askep Pasien Attention Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD) Part 2. Semoga apa yang kami sajikan tersebut diatas bermanfaat bagi teman-teman semuanya.

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Askep Pasien Attention Deficit Hyperactivity Dewasa (ADHD) Part 2, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

0 komentar