Askep Pada Pasien HIV AIDS Part 2

6:37 PM

Askep Pada Pasien HIV AIDS Part 2


Dibawah ini adalah sambungan dari part yang pertama, dan di part yang ke 2 ini kita akan membahas mengenai intervensi keperawatan pada pasien HIV AIDS. kalau begitu yok kita pelajar intervensi keperawatannya dibawah ini

Askep Pada Pasien HIV AIDS Part 2
asuhan keperawatan HIV AIDS

Diagnosa Keperawatan

Dibawah ini adalah diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus HIV AIDS
  1. Risiko tinggi terhadap infeksi (progresi menjadi sepsis/awitan infeksi opurtunistik) b/d pertahanan primer takefektif; kulit rusak, jaringan traumatic, statis cairan tubuh, depresi system imun; penggunaan agen antimikroba, teknik invasive, penyakit kronis;malnutrisi.
  2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebih : diare berat, berkeringat, muntah,  status hipermetabolik, demam, pembatasan pemasukan, mual, anoreksia, letargi.
  3. Pola nafas tak efektif/ kerusakan pertukaran gas b/d ketiidakseimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan energy/keppenatan, penurunan ekspansi paru), menahan sekresi (obstruksi trakeobronkial), proses infeksi/inflamasi; rasa sakit, ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/pneumonia interstisial, anemia).
  4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan/ perubahan pada kemampuan untuk mencerna, mengunyah dan atau nutrisi metabolisme ; mual/muntah, gangguan intestinal. 
  5. Nyeri b.d inflamasi/kerusakan jaringan infeksi, lesi kutaneus internal/eksternal, eksoriasi rectal, penularan, nekrosis. Neuropati perifer, mialgia dan atralgia. Kejang abdomen.
  6. Kerusakan Integritas kulit (aktual/risiko) b.d defisit imunologis, AIDS-dihubungkan dengan radang, infeksi virus, bakteri, dan jamur (misalnya herpes, pseudomonas, candida) proses penyakit (misalnya KS). Penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi ; perubahan status metabolism, lesi kulit, ulserasi, formasi ulkus dekubitus (aktual.)
  7. Perubahan membran mukosa oral b.d defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab pathogen, misalnya Candida, Herpes, KS.
  8. Diare berhubungan dengan infeksi GI
  9. Kelelahan b.d penurunan produksi energy metabolism, peningkatan kebutuhan energy (status hipermetabolik).
  10. Perubahan proses pikir b.d hipoksemia, infeksi SSP oleh HIV, malignansi otak, dan atau infeksi oportunistik sistemik diseminata, perubahan metabolism, kegagalan ginjal, ketidakseimbangan elektrolit.
  11. Ansietas b.d ancaman pada konsep pribadi, ancaman kematian, perubahan pada kesehatan/status sosioekonomi, fungsi peran, transmisi dan penularan interpersonal, pemisahan dan sistim pendukung, ketakutan akan penularan penyakit pada keluarga yang dicintai.
  12. Isolasi sosial b.d perubahan status kesehatan , perubahan pada penampilan fisik, perubahan status mental, persepsi tentang tidak dapat diterimadalam masyarakat.
  13. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
  14. Ketidakberdayaan b.d konfirmasi diagnosa sakit terminal, proses berduka yang belum selesai, pernik-pernik sosial dari AIDS, perubahan pada bentuk tubuh/gaya hidup yang diinginkan.
  15. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
  16. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, keterbatsan kognitif, tidak mengenal sumber informasi.



Intervensi Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap infeksi (progresi menjadi sepsis/awitan infeksi opurtunistik) b/d pertahanan primer takefektif; kulit rusak, jaringan traumatic, statis cairan tubuh, depresi system imun; penggunaan agen antimikroba, teknik invasive, penyakit kronis;malnutrisi.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka tidak terjiad infeksi terhadap pasien
Kriteria Hasil :
  • tidak menunjukkan tanda-tanda terjadi infeksi
  • TTV dalam keadaan normal
  • Keluarga menyatakan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
  • perawat dan keluarga dapat melakukan precautio infeksi
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. Instruksikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.

mengurangi risiko kontaminasi silang.



Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang baik. Periksa pengunjunga tau staf terhadao tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.

mengurangi petogen pada sistim imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nasokomial.


Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi.




Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn kuman pathogen. Diskusi dilakukan untuk meningkatkan kerjasama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi.

Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu klien.


memberikan data dasar, peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.

Kaji frekuensi /kedalaman pernafsan , perhatikan batuk spasmodik kering pada inspirasi dalam, perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi/ronchi.

kongesti/distress pernafsan dapat mengindikasikan perkembangan PCP, penyakit yang paling umu terjadi.


Selidiki adanya keluhan sakit kepala, kaku leher, perubahan penglihatan. Catat perubahan mental dan tingkah laku, pantau kekakuan nukal/aktivitas kejang.

ketidaknormalan neurologis umum dan mungkin dapat dihubungkan dengan HIV atau infeksi sekunder.

Observasi kulit/membrane mukosa oral terhadap kemungkinan adanya bercak putih atau lesi.


Candidiasis oral, herpes, adalah penyakit yang umum terjadi dan member efek pada membaran kulit.

Bersihkan kuku setiap hari. Dikikir lebih baik dari pada dipotong, dan hindari memotong kutikula.

mengurangi risiko tramsmisi bakteri pathogen malalui kulit.


Pantau keluhan nyeri ulu hati, disfagia, sakit retrosternal pada waktu menelan, peningkatan kejang abdominal, diare hebat.

esofagitis mungkin terjadi akibat candidiasis oral ataupun herpes.


Periksa adanya luka /lokasi alat invasive, perhatikan tanda-tanda inflamasi/infeksi local.

identifikasi perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis.

Gunakan sarung tangan dan skort selama kontak langsung dengan sekresi/ekskresi atau kapanpun terdapat kerusakan pada kulit tangan perawat. Gunakan masker ataupun kaca mata pelindung untuk melindungi hidung, mulut, mata dari sekresi selama prosedur.

penggunaan masker , skort dan sarung tangan dilakukan oleh OSHA untuk kontak langsung dengan cairan tubuh , misalnya sputum, darah, serum, sekresi vaginal.



Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.

mencegah inokulasi tak disengaja dari pemberi perawatan.


pantau hasil laboratorium seperti periksa kultur, darah, urine dan sputum.


dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab demam, diagnose infeksi organisme, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai.

Kolaborasi dalam pemberian antibiotik antijamur/antimikroba.

menghambat proses infeksi.



2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebih : diare berat, berkeringat, muntah,  status hipermetabolik, demam, pembatasan pemasukan, mual, anoreksia, letargi.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka tidak terjadi gangguan pemenuhan cairan serta volume cairan dalam keadaan stabil terhadap pasien
Kriteria Hasil :
  • tidak terhdapat tanda-tanda dehidrasi
  • status hidras pada pasien membaik
  • turgor kulit membaik
  • balance cairan input output dalam keadaan normal
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi , termasuk perubahan postural.

Indikator dari volume cairan sirkulasi. Denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi.

Catat peningkatan suhu dan durasi demam, berikan kompres hangat sesuai indikasi, pertahankan pakaian tetap kering,pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.

Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan tak kasat mata.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.

Indikator tidak langsung dari status cairan.


Ukur haluaran urine dan berat jenis urine. Ukur /kaji jumlah kehilangan diarea. Catat kehilangan tak kasat mata.

peningkatan berat jenis urine atau penurunan haluaran urine menunjukan perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi.

Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan  sedikitnya 2500 ml/hr.

Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus  dan melembabkan membrane mukosa.

Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare , yakni makanan yang pedas, makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.

memungkinkan dalam mengurangi diare.



Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit malalui selang pemberian makanan/IV


mendukung dan memperbesar volume sirkulasi , terutama jika pemasukan oral tidak adekuat, mual/muntah terus menerus.

Kolaborasi dalam pemantauan hasil pemeriksaan lab seperti Hb/Ht, Elektrolit serum, urine, BUN dan kreatinin.


memperkirakan kebutuhan cairan pasien, mewaspadai kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan menentukan kebutuhan elektrolit pasien, serta untuk mengetahui fungsi ginjal.

Kolaborasi pemberian obat : antiemetik, antidiare, dan antipiretik.



mengurangi insiden muntah dalam mengurangi kehilangan cairan, menurunkan jumlah dan keeneran feses, mengurangi kejang usus dan peristaltic usus, membantu mengurangi demam.


3. Pola nafas tak efektif/ kerusakan pertukaran gas b/d ketiidakseimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan energy/keppenatan, penurunan ekspansi paru), menahan sekresi (obstruksi trakeobronkial), proses infeksi/inflamasi; rasa sakit, ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/pneumonia interstisial, anemia).

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka tidak terjadi gangguan pola nafas dan pola nafas dalam keadaan efektif pada pasien
Kriteria Hasil :
  • RR dalam keadaan stabil dan normal
  • tidak ada bantuan otot nafas tambahan
  • pasien dapat bernafas secara normal
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Aukultasi bunyi nafas , tandai daerah paru yang mengalami penurunan /kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius seperti krekels, mengi, ronchi.

memperkirakan adanya perkembangan komplikasi /infeksi pernafasan, misalnya ateletaksis/pneumonia.


Catat kecepatan atau kedalaman pernafasan, sianosis, penggunaan otot aksesori, peningkatan kerja pernafasan dan munculnya dispneu, ansietas.

takipneu, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas menunjukan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan/intervensi medis.

Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan.

meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang ditimbulkan karena ateletaksis.

Kaji perubahan tingkat kesadaran.




Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran mulai dari ansietas dan kekacuan mentalsampai kondisi tidak responsif.

Selidiki keluhan tentang nyeri dada.



nyeri pada pleuritis dapat menggambarkan adanya pneumonia nonspesifik atau efusi pleura berkenaan dengan keganasan.

Berikan periode istirahat diantara waktu aktivitas perawatan. Perthankan lingkungan yang tenang.

menurunkan konsumsi O2


Kolaborasi dalam hasil pemeriksaan GDA/nadi oksimetri

menunjukan status pernafasan, kebutuhan perawatan dan kefektifan pengobatan.

Kolaborasi :  berikan tambahan O2 yang dilembabkan melalui cara yang sesuai misalnya kanula, masker, intubasi/ventilasi mekanis.

mempertahankan ventilasi /oksigenasi efektif untuk mencegah /memperbaiki krisis pernafasan.


Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti antimikroba seperti bactrim.

bactrim merupakan obat pencegah pneumonia PCP.


4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan/ perubahan pada kemampuan untuk mencerna, mengunyah dan atau nutrisi metabolisme ; mual/muntah, gangguan intestinal.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka keadaan nutrisi pasien membaik atau kembali seperti sebelum sakit pada pasien
Kriteria Hasil :
  • terjadi peningkatan berat badan setiap minggu
  • nafsu makan membaik
  • klien mampu menghabiskan porsi makan
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.



Lesi pada mulut, esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.

Auskultasi bising usus


Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan usus.

Timbang BB sesuai kebutuhan.


BB sebagai indikator kebutuhan nutrisi yang adekuat

Berikan perawatan mulut yang terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.


mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah , lesi oral, pengeringan mukosa. Mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan.

Rencanakan makan bersama keluarga/orang terdekat. Barikan makan sesuai keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi), sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit, dorong klien untuk duduk saat makan.

meningkatkan keinginan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.




Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin.

meningkatkan nafsu makan dan perasaan sehat.

Berikan fase istirahat sebelum makan. Hindari prosedur yang melelahkan saat mendekati waktu makan.

mengurangi rasa lelah, meningkatkan ketersediaan energy untuk makan.


Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan.


mempermudah proses menelan dan mengurangi risiko terjadinya aspirasi.

Kolaborasi : catat pemeriksaan Lab seperti ; BUN, glukosa, elektrolit, protein dan albumin.

mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ, mengidentifikasikan kebutuhan pengganti.

Konsultasikan dengan tim pendukung ahli diet/Gizi

menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat.

Berikan obat-obatan sesuai petunjuk misalnya antiemetik, suplemen vitamin.

mengurangi insiden muntah.



5. Nyeri b.d inflamasi/kerusakan jaringan infeksi, lesi kutaneus internal/eksternal, eksoriasi rectal, penularan, nekrosis. Neuropati perifer, mialgia dan atralgia. Kejang abdomen.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka nyeri menghilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
  • klien menyatakan nyeri berkurang
  • klein terlihat tenang
  • ekspresi wajah tidak menunjukkan nyeri
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu.

mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi selanjutnya.

Dorong pengungkapkan perasaan.



dorong mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.

Berikan aktivitas hiburan seperti membaca, berkunjung, dan menonton televisi.

memfokuskan kembali perhatian, mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulanginya.

Lakukan tindakan paliatif seperti merubah posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.

meningkatkan relaksasi /menurunkan ketegangan otot.

Berikan kompres hangat pada daerah yang sakit.

mengurangi ras sakit yang dirasakan pasien.

Dorong pasien untuk melakukan teknik visualisasi, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif dan nafas diafragma.

meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.



Kolaborasi : berikan anlgesik/antipiretik.


memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman ; mengurangi demam.


6. Kerusakan Integritas kulit (aktual/risiko) b.d defisit imunologis, AIDS-dihubungkan dengan radang, infeksi virus, bakteri, dan jamur (misalnya herpes, pseudomonas, candida) proses penyakit (misalnya KS). Penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi ; perubahan status metabolism, lesi kulit, ulserasi, formasi ulkus dekubitus (aktual.)

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka integritas kulit membaik dan tidak terjadi kerusakan lebih lanjut
Kriteria Hasil :
  • Kulit pasien terlihat proses penyembuhan granulasi
  • integritas kulit membaiki
  • tempat tidur dalam keadaan bersih 
  • pasien mampu melakukan perawatan kulitnya
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensai. Gambarkan lesi dan amati adanya perubahan.

menentukan garis dasar dimana perubahan pada  status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

Pertahankan hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggubnakan lotion/krim.

mempertahankan kebersihan kulit untuk mencegah infeksi.



Ubah posisi pasien secara teratur, ganti seprai sesuai kebutuhan. Dorong pemindahna berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang dengan bantal, bantalan tumit/siku.

mengurangi stress pada titik tekan, meningkatkan aliran darah ke jaringan dan meningkatkan proses penyembuhan.


Pertahankan sprei bersih, kering dan tidak berkerut.


friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.

Dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan.

menurunkan tekanan pada kulit dan istirahat lama di tempat tidur.

Gunting kuku secara teratur


kuku yang panjang/kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.

Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril.

mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.

Kolaborasi : berikan obat-obatan topikal /sistemik sesuai indikasi.

digunakan dalam perawatan lesi kulit.



7. Perubahan membran mukosa oral b.d defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab pathogen, misalnya Candida, Herpes, KS.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka membran mukosa pasien membaik
Kriteria Hasil :
  • keadan mukosa mulut membaik
  • membran mukosa mulut dalam keadaan utuh
  • tidak terjadi proses infeksi
  • pasien mampu makan secara normal
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah/menelan.



edema, lesi membrane mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah/menelan.
2. Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan.

Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan.




mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal.


Anjurkan permen karet/permen tidak mengandung gula.


merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membrane mukosa.

Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan, dan makanan/minuman asam.

makanan yang pedas akan membuka lesi yang telah disembuhkan. Lesi yang terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan garam, pedas, makanan/minuman asam.

Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500ml/hari.


mempertahankan hidrasi, mencegah pengeringan rongga mulut.

Dorong pasien untuk tidak merokok.


rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membrane mukosa.

Kolaborasi pemeriksaan specimen kultur lesi.


menunjukkan agen penyebab dan mengidentifikasi terapi yang sesuai.

Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai petunjuk, misalnya nistalin (mycotatin), ketokonazol (nizoral).

obat khusus pilihan tergantung pada organism infeksi, misalnya Candida.


Kolaborasi dengan ahli gigi jika diperlukan.


mungkin membutuhkan terapi tambahan untuk mencegah kehilangan gigi.


8. Diare berhubungan dengan infeksi GI

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, makatidak terjadi diare
Kriteria Hasil :
  • status hidrasi dalam keadaan membaik
  • karakteristik feses lunak dan berwarna kekuningan
  • tidak terjadi kram perut
  • tidak terjadi kekurangan volume cairan
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji konsistensi dan frekuensi  feses dan adanya darah.

Mendeteksi adanya darah dalam feses


Auskultasi bunyi usus

Hipermotiliti mumnya dengan diare

Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order

Mengurangi motilitas usus,  yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal

Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside

Untuk menghilangkan distensi



9. Kelelahan b.d penurunan produksi energy metabolism, peningkatan kebutuhan energy (status hipermetabolik).

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka tidak terjadi kelelahan yang berarti pada pasien
Kriteria Hasil :
  • pasien mengungkapkan tidak terjadi kelelahan
  • pasien mampu beraktivitas tanpa keleahan yang berarti
  • pasien mampu melakukan beberapa kegiatan dengan atau tanpa bantuan
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir/perilaku.


berbagai factor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan/kemoterapi.

Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada waktu pasien sangat berenergi. Ikutsertakan pasien/orang terdekat pada penyusunan rencana.



periode istirahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki/menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri.

Bantu pasien memenuhi perawatan pribadi, pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah dan tempat lalu lalang bebas dari perabotan, bantu dengan ambulasi.

rasa lemas dapat membuat pasien tidak mampu menyelesaikan aktivitasnya dan melindungi pasien dari cedera selama melakukan aktivitas.


Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, misalnya : perawatan diri, duduk di kursi, berjalan.


memungkinkan penghematan energy, peningkatan stamina, dan mengizinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respons psikologis terhadap aktivitas, mislanya perubahan TD, frekuensi pernafasan atau jantung.


toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan jumlah/tipe penyakit dimana pasien menjadi subjeknya.

Dorong masukan nutrisi.


pemasukan/penggunaan nutrisi adekuat sangat penting bagi kebutuhan energy untuk aktivitas.

Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi.



adanya anemia/hipoksia mengurangi persediaan O2 untuk ambilan seluler dan menunjang kelelahan.

Kolaborasi terapi fisik dengan fisioterapi.

Kolaborasi terapi fisik dengan fisioterapi.


10. Perubahan proses pikir b.d hipoksemia, infeksi SSP oleh HIV, malignansi otak, dan atau infeksi oportunistik sistemik diseminata, perubahan metabolism, kegagalan ginjal, ketidakseimbangan elektrolit.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka pasien mampu mempertahankan realita dan kemampuan kognitifnya
Kriteria Hasil :
  • pasien mengatakan mampu untuk mengingat semuanya
  • pasien menunjukkan perilaku assertif
  • pasien dapat berorientasi dengan baik
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji status mental dan neurologis. Catat perubahan dalam orientasi, respons terhadap rangsang, kemampuan untuk memecahkan masalah, ansietas, perubahan pola tidur, halusinasi, dan ide paranoid.

menetapkan tingkat fungsional pada waktu penerimaan dan mewaspadakan perawat pada perubahan status yang dapat dihubungkan dengan infeksi/kemungkinan penyakit SSP yang makin buruk.

Pantau aturan penggunaan obat-obatan.




aksi dan interaksi dari berbagai obat-obatan akan memperpanjang obat-obatan penyambung hidup/perubahan ekskresi, risiko potensial dari reaksi toksisitas.

Pantau adanya tanda-tanda infeksi SSP, misalnya sakit kepala, kekakuan nukal, muntah, demam.




gejala SSP dihubungkan dengan meningitis/ensefalitis diseminata mungkin memiliki jangkauan dari perubahan kepribadianyang tidak kelihatan sampai kekacauan mental.

Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dengan rangsang auditorius, visual, dan kognitif yang tepat.

memberikan rangsang lingkungan normal akan membantu dalam mempertahankan orientasi realitas.

Dorong keluarga/orang terdekat untuk bersosialisasi dan berikan reorientasi dengan berita actual, kejadian-kejadian di dalam keluarga.

hubungan yang baik seringkali berguna dalam membantu mempertahankan orientasi realitas.

Dorong pasien melakukan kegiatan sebanyak mungkin.

membantu memperthankan kemampuan mental untuk periode yang lebih panjang.

Kolaborasi pemeriksaan diagnostik, misalnya : MRI, CT scan, pemeriksaan laboratorium.

mengetahui kondisi pasien secara lebih spesifik.


Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi : amfoterisin, retrovir, antipsikotik, antiansietas.

meningkatkan status kesehatan pasien.



11. Ansietas b.d ancaman pada konsep pribadi, ancaman kematian, perubahan pada kesehatan/status sosioekonomi, fungsi peran, transmisi dan penularan interpersonal, pemisahan dan sistim pendukung, ketakutan akan penularan penyakit pada keluarga yang dicintai.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka pasien menunjukkan rasa cemasnya berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
  • pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya
  • pasien dapat berorientas kepada tujuan
  • pasien dapat memahami proses penyakit dan pengobatannya
  • pasien mengatakan ia tidak terlalu cemas lagi terhadap penyakitnya
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Pertahankan hubungan yang baik dengan pasien.


menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri atau diterlantarkan.

Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.


dapat mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.

Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien.

membuat klien merasa lebih aman dan nyaman.

Identifikasi dan dorong interaksi pasien dengan sistem pendukung. Dorong pengungkapan/interaksi dengan keluarga atau orang terdekat.

mengurangi perasaan terisolasi pasien.



Libatkan keluarga atau orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan.


menjamin adanya system pendukung bagi pasien dan memberikan kesempata orang terdekat untuk berpartisipasi dalam kehidupan pasien.

Kolaborasi dengan psikiatri dalam konseling.


mungkin diperlukan bantuan lebih lanjut dalam berhadapan dengan diagnose/prognosis.


12. Isolasi sosial b.d perubahan status kesehatan , perubahan pada penampilan fisik, perubahan status mental, persepsi tentang tidak dapat diterimadalam masyarakat.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas/program pada tingkat kemampuan/hasrat.
Kriteria Hasil :
  • pasien dapat mengungkapkan perasaanya
  • pasien dapat mencari nilai positif dari dalam dirinya
  • pasien dapat melakukan aktivitas / hal positif yang ada pada dirinya
  • pasien dapat berkenalan ataupun berteman dengan orang lain
  • pasien tidak terlihat minder terhadap orang lain
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Tentukan persepsi pasien tentang situasi.


isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan/reaksi orang lain.

Berikan waktu untuk berbicara dengan pasien selama dan diantara aktivitas perawatan.

pasien mungkin akan mengalami isolasi fisik.


Identifikasi sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.

jika pasien mendapat bantuan dari orang terdekat, perasaan kesepian dan ditolak akan berkurang.

Dorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat.


membantu memantapkan partisipasi pada hubungan social, dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri.

Waspadai gejala-gejala verbal/nonverbal, misalnya menarik diri, putus asa, perasaan kesepian.

indikasi bahwa putus asa dan ide untuk bunuh diri sering muncul.



13. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
Kriteria Hasil :
  • pasien mengungkapkan tidak terjadi kelelahan
  • TTV dalam keadaan normal ketika beraktivitas
  • pasien mampu melakukan aktivitas dengan atau tanpa bantuan
  • pasien mampu melakukan aktivitas yang sederhana
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi tanda-tanda vital.

mengetahui KU pasien.

Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas.

Respon bervariasi dari hari ke hari.

Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu.

Mengurangi kebutuhan energi.


Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik.


14. Ketidakberdayaan b.d konfirmasi diagnosa sakit terminal, proses berduka yang belum selesai, pernik-pernik sosial dari AIDS, perubahan pada bentuk tubuh/gaya hidup yang diinginkan.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka pasien mengungkapkan kontrol terhadap situasi sekarang.
Kriteria Hasil :
  • pasien mampu mengungkapkan perasaannya
  • pasien mampu mengambil nilai positif dari dalam dirinya
  • pasien dapat melanjutkan pengobatanya
  • pasien dapat mengikuti proses perawatan dirnya
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Identifikasi faktor yang berhubungan dengan perasaan tak berdaya, misalnya diagnose sakit terminal, kurang sistim pendukung, kurang pengetahua mengenai kondisi saat ini.

pasien penderita AIDS umunya menyadari literatur  dan prognosis terbaru. Rasa takut akan AIDS merupakan kasus paling umu ditemukan pada isolasi pasien.

Kaji tingkat perasaan tidak berdaya misalnya ekspresi verbal/nonverbal yang mengindikasikan kurangnya kontrol.

menentukan ststus individual pasien dan mengudsahakan intervensi yang sesuai pada waktu pasien imobilisasi karena perasaan depresi.

orong peran aktif dalam perencanaan aktivitas, menetapkan kleberhasilan yang realistis /dapat dicapai. Dorong kontrol pasien dan tanggung jawab sebanyak mungkin.

meningkatkan perasaan kontrol dan menghargai diri sendiri dan tanggung jawab sendiri.



Dorong harapan hidup dan kekuatan bertahan lama.

meningkatkan semangat hidup pasien.



15. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka keluarga dan pasien dapat memahami proses perawatan yang semstinya pada pasien dan dapat menjalankan prosesnya
Kriteria Hasil :
  • pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.

Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.


16. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, keterbatsan kognitif, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam, maka pengetahuan pasien mengenai kondisi/proses keperawatan meningkat.
Kriteria Hasil :
  • pasien dapat memahami penyakitnya
  • pasien dapat mengikuti proses perawatan dan pengobatan dirinya
  • pasien tampak mengerti dan dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan penyembuhannya
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa depan.

memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

Tinjau ulang cara penularan penyakit.



mengoreksi mitos  dan kesalahan persepsi , meningkatkan keamanan bagi pasien dan keluarga.

Instruksikan pasien dan pemberian perawatan mengenai kontrol infeksi.

mengurangi penularan penyakit.


Tekankan perlunya perawatan kulit harian.


kulit yang sehat memberikan barier terhadap infeksi.

Pastikan bahwa pasien atau orang terdekat dapat menunjukan perawatan oral atau gigi dengan baik.

mukosa oral dapat dengan cepat menunjukan komplikasi hebat dan progresif.


Tinjau ulang kebutuhan akan diet dan cara untuk meningkatkan pemasukan pada waktu anoreksia, diare, lemas, depresi yang mengganggu pemasukan.

meningkatkan nutrisi adekuat yang diperlukan untuk penyembuhan dan mendukung sistim imun, meningkatkan perasaan sehat.


Berikan informasi mengenai penatalaksanaan gejala yang melengkapi aturan medis misalnya diare intermiten.

memberikan pasien peningkatan kontrol, mengurangi risiko rasa malu, dan meningkatkan kenyamanan.

Diskusikan aturan obat-obatan, interaksi dan efek samping.


meningkatkan kerja sama dengan peningkatan kemampuan untuk seksus dengan aturan terapeutik.

Tekankan pentingnya istirahat adekuat.


mencegah/mengurangi kepenatan, meingkatkan kemampuan.

Tekankan perlunya perawatan kesehatan dan evaluasi.


memberi kesempatan untuk mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan/individual.



Sumber : Perawat Kita Satu


Demikianlah artikel kami ini yang membahas tentang Askep Pada Pasien HIV AIDS Part 2, semoga apa yang telah kami sajikan dan berikan ini bermanfaat bagi teman-teman semua.

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Askep Pada Pasien HIV AIDS Part 2, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

0 komentar