Askep Pada Pasien Gagal Hati Akut Part 2

8:26 AM

Asuhan Keperawatan (Askep) Pada Pasien Gagal Hati Akut Part 2


Halo teman-teman sahabuat perawatkitasatu.com semuanya, kali ini kita akan lanjut membahas part 2 mengenai askep pasien Gagal Hati Akut, dibagian part yang ke 2 ini kita akan membahas intervensi keperawatan yang disertai dengan nama diagnosa, tujuan, kriteria hasil, intervensi serta rasional lengkap. Selamat belajar teman-teman, semoga apa yang kami tulis ini bermanfata dan membantu teman-teman untuk membuat makala ataupun tugas pembuatan askepnya.

Askep Pada Pasien Gagal Hati Akut Part 2
asuhan keperawatan gagal hati akut

Diagnosa Keperawatan

Berikut ini diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Gagal Hati Akut
  1. Gangguan volume cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan(penurunan plasma protein)
  2. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang  tidak adekuat(ketidakmampuan untuk mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asitas) fungsi usus abnormal.)
  3. Resiko tinggi terhadap cedera, hemoragi berhubungan dengan:
    1. Gangguan faktor pembeku (penurunan protrombin, fibrinogen, gangguan absorbsi Vit K dari pengeluaran tromboplastin.
    2. Hipertensi portae.


Intervensi Keperawatan :

Berikut ini adalah intervensi keperawatan yang disertai tujuan, kriteria hasil, dan rasional

1. Gangguan volume cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan(penurunan plasma protein)

Tujuan : 
  • setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, maka volume cairan pasien kembali adekuat
Kriteria Hasil :
  • Berat badan stabil, edema berkurang/hilang
  • Tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
a. Ukur intake dan output


a. Menunjukkan status volume sirkulasi terjadinya perbaikkan / perpindahan cairan.

b. Timbang berat badan tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari.

b. Peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lanjut.

c. Awasi tekanan darah, distensi vena.




c. Peningkatan TD berhubungan dengan kelebihan volume cairan, distensi jugular eksterna dan vena abdominal berhubungan dengan kongesti vaskular.

d. Auskultasi paru, adanya bunyi tambahan krakles.

d. Peningkatan kongesti pulmonal mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan komplikasi edema paru.

e. Awasi disritmia jantung, auskultasi bunyi jantung dari irama gallop S3/S4.

e. Mungkin disebabkan oleh PJK, penurunan perfusi arteri koroner.

f. Kaji derajat perifer /edema dependent



f. Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin, penurunan ABH.

g. Ukur lingkaran abdomen



g. Menunjukkan akumulasi cairan (ascites) diakibatkan oleh kehilangan protein plasma/cairan ke dalam peritoneal.

h. Dorong tirah baring bila ada ascites.


h. Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.

i. Berikan perawatan mulut sering, kadang-kadang beri es batu bila puasa.

i. Menurunkan rasa haus.


j. Kolaborasi, batasi natrium dan cairan sesuai tindakan.
  1. Berikan albumin sesuai indikasi
  2. Berikan diuretik
  3. Berikan kalium.



j. Untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstra vaskuler, pembatasan cairan untuk mencegah pencernaan hiponatremi:
  1. Untuk meningkatkan volume sirkulasi efektif, penurunan terjadi ascites.
  2. Meningkatkan sekresi air
  3. Kalium serum menurun.



2. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang  tidak adekuat(ketidakmampuan untuk mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asitas) fungsi usus abnormal.)

Tujuan : 
  • Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, maka kebutuhan nutrisi pasien kembali adekuat dan terpenuhi
Kriteria Hasil :
  • Berat badan meningkat
  • Mual muntah berkurang
  • Porsi makan yang dihabiskan pasien meningkat.
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
a. Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.

a. Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.

b. Timbang berat badan, ukur kulit tricep.





b. Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status nutrisi karena gambaran edema/ascites, lipatan kulit trisep berguna dalam mengkaji simpanan lemak subkutan.

c. Bantu dan dorong pasien untuk makan.




c. Diet sangat penting untuk penyembuhan pasien, mungkin makan lebih baik bila keluarga terlibat dan makanan yang disukai sebanyak mungkin.

d. Berikan makanan sedikit demi sedikit dan sering.

d. Buruknya toleransi terhadap makan, mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen/ascites.

e. Berikan tambahan garam bila diizinkan, hindari yang mengandung amonium.


e. Tambahan garam meningkatkan rasa makanan dan membantu peningkatan selera makan, amonia potensial resiko ensephalopati.

f. Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin.

f. Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat mengganggu pemasukan oral.

g. Berikanan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi.

g. Perdarahan dari varises esophagus.


h. Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.


h. Pasien cenderung mengalami luka atau perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoreksia.

i. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan.

i. Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan metabolik pada hati dan meningkatkan regenerasi seluler.

j. Anjurkan mengentikan merokok.


j. Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan resiko iritasi/perdarahan.

k. Awasi pemeriksaan laboratorium, glukosa serum, albumin, total protein, amonia.




k. Glukosa menurun karena glikogenesis, protein menurun dikarenakan gangguan metabolisme atau kehilangan ke rongga peritoneal (ascites) peningkatan kadar amonia perlu pembatasan masukan protein.

l. Pertahankan status puasa bila diindikasikan.



l. Pengistirahatan G.I diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan produksi urea G.I.

m. Konsul dengan ahli diet tinggi dalam kalori dan KH sederhana, rendah lemak dan fungsi protein sedang.

m. Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada setiap pasien, KH memberikan energi siap pakai, protein untuk perbaikan, protein serum untuk menurunkan edema dan meningkatkan regenerasi sel hati.

n. Berikan makanan lewat selang (NGT) sesuai indikasi.

n. Untuk memberikan nutrisi bila ada mual atau anoreksia.

o. Berikan obat sesuai indikasi:
  1. Tambahan vitamin, tiamin, besi dan folat meningkatkan pencernaan lemak, menurunkan diare, menurunkan mual dan muntah.
  2. Enzime pencernaan.


o. Hati yang rusak tidak dapat menyimpan vitamin A, B kompleks, D dan K. Kekurangan besi dan asam folat dapat menimbulkan anemia.






3. Resiko tinggi terhadap cedera, hemoragi berhubungan dengan:
  1. Gangguan faktor pembeku (penurunan protrombin, fibrinogen, gangguan absorbsi Vit K dari pengeluaran tromboplastin.
  2. Hipertensi portae.
Tujuan : 
  • Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, maka cedera tidak terjadi dan diminimalisir, dan mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan
Kriteria Hasil :
  • Perdarahan dapat teratasi.
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
a. Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-gejala perdarahan GI.


a. Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak.

b. Observasi adanya ptekie, ekimosis dan peradarahan dari satu sumber atau lebih.

b. Sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan.

c. Awasi nadi dan tekanan darah.


c. Dapat menunjukan kehilangan volume sirkulasi.

d. Catat perubahan mental.


d. Menunjukan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemi.

e. Dorong menggunakan sikat gigi halus, pengukur elektrik, hindari mengejan saat defekasi.

e. Trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan mukosa.


f. Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada bekas suntikan.

f. Meminimalkan kerusakan jaringan.


g. Hindari penggunaan produk yang mengandung aspirasi.

g. Koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan.

h. Awasi Hb, Ht dan pembekuan.

h. Indikator anemia, perdarahan aktivitas atau terjadinya komplikasi.

i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
  1. Vitamin K, D dan C.
  2. Pelunak feces.


i. Meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi bila hati berfungsi. Kekurangan Vit C meningkatkan keerentanan terhadap GI untuk terjadi iritasi/perdarahan.


j. Berikan lavase gaster dengan cairan NaCl 0,9% bersuhu dingin atau air sesuai indikasi.

j. Evaluasi darah dari traktus GI, menurunkan resiko anemia.



Sumber : Perawat Kita Satu


Demikianlah artikel singkat kami ini dengan judul Askep Pada Pasien Gagal Hati Akut Part 2, semoga apa yang telah kami sajikan untuk teman-teman semua bermanfaat dan terus untuk belajar ataupun mencari refrensi membuat makalah asuhan keperawatannya di web kita ini. Terimakasih atas kunjugannya

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Askep Pada Pasien Gagal Hati Akut Part 2, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

0 komentar