Askep Pada Pasien Gagal Ginjal Akut (GGA) Part 2
Berikut ini adalah kelanjutan dari Asuhan Keperawatan / Askep Pada Pasien Gagal Ginjal Akut (GGA) Part 1, dan di part yang ke 2 ini, kita akan membahas tentang Diagnosa Keperawatan serta Intervensi Keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Akut (GGA). Selamat belajar teman-teman
asuhan keperawatan gagal ginjal akut |
Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah Diagnosa keperawatan yang mungkin munclu pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut atau GGA- Defisit volume cairan b.d. fase diuresis dari gagal ginjal akut
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
- Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif b.d penurunan pH pada ciaran serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru pada respons asidosis metabolik
- Aktual/risiko perubahan perfusi serebral b.d. penurunan pH pada cairan serebrospinal efek sekunder dari asidosis metabolik
- Aktual/risiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal efek sekunder dari hiperkalemi
- Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal efek sekunder penurunan pH, hiperkalemi, dan uremia
- Aktual/risiko tinggi kejang b.d kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat sekunder dari anoreksi, mual, muntah
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
- Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan
Baca Juga :
Intervensi Keperawatan
Berikut ini intervensi keperawatan yang terdiri dari tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasionalnya1. Defisit volume cairan b.d. fase diuresis dari gagal ginjal akut
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien mampu mempertahankan status volume cairannya dan defisit volume cairan tidak terjadi
- Dehidrasi (-)
- Turgor kulit normal
- Klien tidak mengeluh pusing,
- membran mukosa lembab,
- turgor kulit normal,
- TTV dalam batas normal,
- CRT < 3 detik,
- urine > 600 ml/hari
- Laboratorium : nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN/Kreatinin menurun
Intervensi :
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Monitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output) |
Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi urine <600 ml/hari karena merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik. |
Auskultasi TD dan timbang berat badan. |
Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik. Perubahan berat badan sebagai parameter dasar terjadinya defisit cairan. |
Programkan untuk dialysis. |
Program dialisis akan mengganti fugnsi ginjal yang terganggu dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. |
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur. |
Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer. |
Kolaborasi Pertahankan pemberian cairan secara intravena |
Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake dan output cairan |
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit selama dalam perawatan
- Edema (-)
- Turgor kulit baik
- Kelembaban kulit baik
- BB stabil atau normal
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembatasan multipel. |
membantu menghindari periode tanpa cairan. |
Jelaskan alasan pembatasan cairan dan diet yang dianjurkan |
untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien |
Berikan cairan sesuai instruksi, pantau kecepatan aliran IV secara cermat |
kelebihan cairan IV dapat memperburuk kondisi pasien |
Berikan perawatan mulut, pertahankan kelembapan membran mukosa dengan pelumas larut air |
untuk mencegah dehidrasi mukosa |
Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema |
edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contoh tangan, kaki, area lumbosakral. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema periorbital dapat menunjukan tanda perpindahan cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan minimal. |
Awasi denyut jantung, TD dan CVP |
takikardi dan hipertensi terjadi karena (1) kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine, (2) pembatasan cairan berlebihan selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguria gagal ginjal, (3) perubahan pada sestem renin-angiotensin |
Ukur berat badan pasien setiap hari sebelum sarapan sesuai program. Periksa adanya tanda-tanda retensi cairan seperti edema. |
untuk memberikan pembacaan yg konsisten |
3. Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif b.d penurunan pH pada ciaran serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru pada respons asidosis metabolik
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien mampu mempertahankan pola nafas yang efektif dan pola nafas kembali efektif
- Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 x/menit.
- Pemeriksaan gas arteri pH 7.40 ± 0,005, HCO, 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO, 40 mmHg
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Kaji faktor penyebab asidosis metabolic. |
Mengeidentifikasi untuk mengatasi penyebab dasar dari asidosis metabolic. |
Monitor ketat TTV. |
Perubahan TTV akan memberikan dampak pada risiko asidosis yang bertambah berat dan berindikasi pada intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi asidosis |
Istirahatkan klien dengan posisi fowler. |
Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah. |
Ukur intake dan output. |
Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan urine output. |
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung. |
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. |
Kolaborasi dalam pemberian cairan ringer laktat secara intravena. |
Larutan IV ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan untuk memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih anion normal, serta kekurangan volume ECF yang sering menyertai keadaan ini. |
Kolaborasi dalam pemberian bikarbonat. |
Kolaborasi pemberian bikarbonat. Jika penyebab masalah adalah masukkan klorida, maka pengobatannya adalah ditujukan pada menghilangkan sumber klorida. |
Kolaborasi dalam pemantauan data laboratorium analisis gas darah berkelanjutan |
Tujuan intervensi keperawatan pada asidosis metabolik adalah meningkatkan pH sistemik sampai ke batas yagn aman dan menanggulangi sebab-sebab asidosis yang mendasarinya. Dengan monitoring perubahan dari analisis gas darah berguna untuk menghindari komplikasi yang tidak diharapkan |
4. Aktual/risiko perubahan perfusi serebral b.d. penurunan pH pada cairan serebrospinal efek sekunder dari asidosis metabolik
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka perfusi jaringan serebral pasien dapat tercapai secara optimal.
- Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kajang, GCS 4,5,6, pupil isokor, refleks cahaya (+).
- Tanda-tanda vital normal (nadi 60-100 kali/menit, suhu : 36-36,70C, pernapasan 16-20 kali/menit),
- serta klien tidak mengalami defisit neurologis seperti : lemas, agitasi, iritabel, hiperefleksia, dan spastisitas dapat terjadi hingga akhirnya timbul koma, kejang
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. |
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut. |
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi sistolik. |
Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik yang dapat berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskular serebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik, sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan pejralanan infeksi. |
Bantu klien untuk membatasi muntah dan batuk. Anjurkan klien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur. |
Aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava. |
Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan |
Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan potensial terjadi perdarahan ulang. |
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung. |
Rangsangan aktivitas yang meningkatkan dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketegangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasusu stroke hemoragik/perdarahan lainnya. |
Monitor kalium serum |
Hiperkalemi terjadi dengan asidosis, hipokalemi dapat terjadi pada kebalikan asidosis dan perpindahan kalium kembali ke sel. |
5. Aktual/risiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal efek sekunder dari hiperkalemi
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka tidak terjadi gangguan aritmia dan dapat kembali normal
- Klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual-mual dan muntah
- GCS 4, 5, 6 tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normal.
- Klien tidak mengalami defisit neurologis, kadar kalium serum dalam batas normal
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu dan faktor-faktor hiperkalemi. |
Banyak faktor yang menyebabkan hiperkalemia dan penanganan disesuaikan dengan faktor penyebab. |
Manajemen pencegahan hipokalemia |
|
Beri diet rendah kalium |
Makanan yang mengandung kalium tinggi yang harus dihindari termausk kopi, cocoa, the, buah yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan roti gandum utuh. Susu dan telur juga mengandung kalium yang cukup besar. Sebaliknya, makanan dengan kandungan kalium minimal termasuk mentega, margarin, sari buah, atau saus cranbeery, bir jahe, permen karet, atau gula-gula (permen), root beer, gula dan madu. |
Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam. |
Adanya perubahan TTV secara cepat dapat menjadi pencetus aritmia pada klien hipokalemi. |
Monitoring ketat kadar kalium darah dan EKG. |
Upaya deteksi berencana untuk mencegah hiperkalemi. |
Monitoring klien yang berisiko terjadi hipokalemi. |
Asidosis dan kerusakan jaringan seperti pada luka bakat atau cedera remuk, dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ICF ke ECF, dan masih ada hal-hal lain yang dapat menyebabkan hiperkalemia. Akhirnya, larutan IV yang mengandung kalium harus diberikan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya beban kalium berlebihan latrogenik. |
Monitoring klien yang mendapat infus cepat yang mengandung kalium |
Aspek yang paling penting dari pencegahan hiperkalemia adalah mengenali keadaan klinis yang dapat menimbulkan hiperkalemia karena hiperkalemia adalah akibat yang bisa diperkirakan pada banyak penyakit dan pemberian obat-obatan. Selain itu, juga harus diperhatikan agar tidak terjadi pemberian infus larutan IV yang mengandung kalium dengan kecepatan tinggi. |
Manajemen kolaborasif koreksi hiperkalemi: |
|
Pemberian kalsium disertai redistribusi K+ |
Dilakukan penghambatan terhadap efek jantung dengan kalsium, disertai redistribusi K+ dari ECF ke ICF. Tiga metode yang digunakan dalam penangan kegawatan dari hiperkalemia berat (>8 mEq/L atau perubahan EKG yang lanjut) |
Pemberian kalsium glukonat. |
Kalsium glukonat 10% sebanyak 10 ml diinfus IV perlahan-lahan selama 2-3 menit dengan pantauan EKG, efeknya terlihat dalam waktu 5 menit, tetapi hanya bertahan sekitar 30 menit. |
Pemberian glukosa 10%. |
Glukosa 10% dalam 500 ml dengan 10 U insulin regular akan memindahkan K+ ke dalam sel; efeknya terlihat dalam waktu 30 menit dan dapat bertahan beberapa jam. |
Pemberian natrum bikarbonat. |
Natrium bikarbonat 44-88 mEq IV akan memperbaiki asidosis dan perpindahan K+ ke dalam sel; efeknya terlihat dalam waktu 30 menit dan dapat bertahan beberapa jam. |
6. Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal efek sekunder penurunan pH, hiperkalemi, dan uremia
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka diharapkan pasien mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat atau curah jantung kembali normal
- TD dan HR dalam batas normal
- Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Auskultasi bunyi jantung dan paru |
untuk mengetahui Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur |
Kaji adanya hipertensi |
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal) |
Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10) |
untuk mengetahui tingkat dan sekala nyeri pada gagal ginjal kronik |
Kaji tingkat aktivitas |
Untuk mengetahui respon terhadap aktivitas |
Anjurkan pasien untuk istirahat dan beraktivitas secara toleransinya |
pembatasan aktivitas akan mencegah peningkatkan beban kerja jantung |
7. Aktual/risiko tinggi kejang b.d kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia.
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka kejang pada pasien tidak terjadi lagi atau risiko kejang tidak terjadi
- Klien tidak mengalami kejang
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Kaji dan catat faktor-faktor yang menurunkan kalsium dari sirkulasi. |
Penting artinya untuk mengamati hipokalsemia pada klien berisiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat. |
Kaji stimulus kejang. |
Stimulus kejang pada tetanus adalah rangsang cahaya dan peningkatan suhu tubuh. |
Monitor klien yang berisiko hipokalsemi. |
Individu berisiko terhadap osteoporosis diinstruksikan tentang perlunya masukan kalsium diet yang adekuat; jika dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan. |
Hindari konsumsi alkohol dan kafein yang tinggi. |
Alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine |
Kolaborasi pemberian terapi |
|
Garam kalsium parenteral |
Garam kalsium parenteral termausk kalsium glukonat, kalsium klorida, dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan jumlah akuimolar kalsium glukonat, tetapi cairan ini tidak sering digunakan karena cairan tersebut l ebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi |
Vitamin D |
Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorpsi ion kalsium dari traktus GI |
Tingkatan masukan diet kalsium. |
Tingkatan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1.000 hingga 1.500 mg/hari pada orang dewasa sangat dianjurkan (produk dari susu: sayuran berdaun hijau; salmon kaleng, sadin, dan oyster segar) |
Monitor pemeriksaan EKG dan laboratorium kalsium serum |
Menilai keberhasilan intervensi |
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat sekunder dari anoreksi, mual, muntah
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien mampu mempertahankan status nutrisi yang adekuat
- berat badan stabil,
- tidak ditemukan edema,
- albumin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Kaji status nutrisi |
untuk mampu Mengetahui kebutuhan nutrisi dalam tubuh |
Kaji/catat pola dan pemasukan diet |
untuk tetap menjaga keseimbangan nutrisi dalam tubuh |
Kaji factor yang berperan merubah masukan nutrisi : mual, anoreksia |
untuk mengetahui penyebab mual dan anoreksia akibat dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. |
Berikan makanan sedikit tapi sering, sajikan makanan kesukaan kecuali kontra indikasi |
Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi dan energi |
Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar mulut |
untuk tetap menjaga kesegeran mulut dan menghindari mual muntah |
Timbang BB tiap hari |
untuk mengetahui status perubahan nutrisi |
9. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
- Berkurangnya keluhan lelah, lemah dan nyeri sendi
- Frekuensi jantung kembali dalam rentang normal
- Laporan tentang lebihnya energi
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Patau :
|
Untuk mengidentifikasi indikasi perkembangan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan |
Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat |
untuk mengetahui tingkat aktivitas dan pola istirahat. |
Identifikasi faktor yang menimbulkan keletihan |
untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi keletihan. |
Kaji kemampuan toleransi aktivitas |
untuk mengetahui seberapa jauh tingkat toleransi aktivitas selama sakit. |
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, anjurkan aktifitas alternative sambil istirahat |
Untuk membantu menjalankan aktivitas secara bertahap. Immobilisasi meningkatkan resorpsi kalsium dari tulang |
Mungkinkan periode istirahat sepanjang hari bantu pasien dalam merencanakn periode istirahat bila siap untuk pulang dengan meninjau ulang rutinitas di rumah setiap hari |
Istirahat memungkinkan tubuh untuk menyimpan energi yang digunakan oleh aktivitas |
Konsul dengan dokter bila keluhan kelelahan menetap |
Ini dapat menandakan kemajuan kerusakan ginjal dan perlunya penilaian tambahan dalam terapi |
10. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan
Tujuan :
- Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, maka pasien melaporkan ansietas berkurang atau hilang
- Mengungkap pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik rencana tindakan
- Wajah tidak tegang, takut dan gugup
Intervensi Keperawatan | Rasional |
---|---|
Berikan informasi tentang
|
Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya bila gagal ginjal tidak dapat pulih memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian maksimum |
Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat masalah dan perasaan tentang perubahan gaya hidup yang akan diperlukan untuk memilih terapi |
Pengekpresian perasaan membantu mengurangi ansietas. Tindakan untuk gagal ginjal berdampak pada seluruh keluarga. |
Sumber : Perawat Kita Satu
Baca Juga :
Demikianlah artikel kami ini dengan judul Askep Pada Pasien Gagal Ginjal Akut (GGA) Part 2, semoga apa yang telah kami sajikan untuk teman-teman semua bermanfaat dalam membuat laporan makalah ataupun tugas pembuatan askep dilapangan
Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Askep Pada Pasien Gagal Ginjal Akut (GGA) Part 2, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
0 komentar