Askep Kejang Demam Pada Anak Part 2

7:01 AM

Asuhan Keperawatan (Askep) Kejang Demam Pada Anak Part 2


Dibawah ini sudah kami siapakn materi tentang Askep Kejang Demam Pada Anak Part 2, semoga apa yang kami berikan ini bermanfaat bagi teman-teman yang membuat tugas makalah keperawatan ataupun tugas praktik keperawatan

Askep Kejang Demam Pada Anak Part 2, asuhan keperawatan Askep Kejang Demam Anak

Diagnosa Keperawatan Kejang Demam Anak

  1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
  2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b'd peningkatan sekresi mucus
  3. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah meringis
  4. Hipertermi
  5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis 
  6. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b'd peningkatan suhu tubuh
  7. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi
  8. Resiko kurangnya volme cairan dan elektrolit
  9. Resiko tinggi Kerusakan sel otak
  10. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri.
  11. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b'd intake yang adekuat


Intervensi Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan

Tujuan :
  • setelah diberikan asuhan keperawatan selama … pasien tidak mengalami gangguan pola napas dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil :
  • RR dalam batas normal sesuai umur
  • Nadi dalam batas normal sesuai umur
Intervensi : 

Intervensi KeperawatanRasional
Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada, abdomen

Memfasilitasi usaha bernapas/ekspansi dada


Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan




Dapat mencegah tergigitnya lidah, dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lendir, atau memberi sokongan pernapasan jika diperlukan

Lakukan penghisapan sesuai sesuai indikasi

Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia

Kolaborasi
Berikan tambahan O2

Dapat menurunkan hipoksia serebral


2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b'd peningkatan sekresi mucus

Tujuan 
  • Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 4 x 24 jam jalan nafas kembali efektif
  • Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam peningkatan sekresi mukus teratasi, dengan kriteria:
Kriteria Hasil :
  • Suara nafas vesikuler
  • Respirasi rate dalam batas normal
Intervensi : 

Intervensi Keperawatan Rasional
Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu.

Menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.

Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.

Meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas.

Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada dan abdomen.

Untuk memfasilitasi usaha bernafas/ekspansi dada.

Masukan spatel lidah/jalan nafas buatan atau gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi.




Jika masuknya di awal untuk membuka rahang, alat ini dapat mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lendiratau memberi sokongan terhadap pernafasan jika di perlukan.

Lakukan penghisapan sesuai indikasi

Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia.

Kolaborasi :
Berikan tambahan oksigen/ventilasi manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal.


Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurunkan atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang.


3. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah meringis

Tujuan 
  • setelah diberikan asuhan keperawatan selama … nyeri klien berkurang dengan  kriteria hasil:
Kriteria Hasil :
  • Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili penurunan rasa nyeri yang dialami
  • Klien tidak menangis lagi
  • Wajah klien tampak ceria
Intervensi : 

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji PQRST dengan menggunakan media gambar

Pengkajian yang benar akan membantu dalam  menentukan tindakan keperawtan selanjutnya

Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan


Posisi yang nyaman dapat memberikan efek malsimal untuk relaksasi otot

Berikan lingkungan yang nyaman bagi  klien


Rangsang yang berlebihan dari lingkungan dapat memperberat rasa nyeri

Libatkan keluarga untuk mendampingi klien


Kehadiran keluarga memberikan efek psikologis pada anak untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi 
Kolaborasi untuk pemberian obat analgesic


Obat analgesic dapat meminimalkan rasa nyeri


4. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

Tujuan 
  • setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam, suhu tubuh dalam rentang normal 36,5-37,5 derajat celsius
Kriteria Hasil :
  • Termoregulator :
  • suhu tubuh dalam rentang normal
  • nadi dan RR dalam rentang normal
  • Tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi : 

Intervensi Keperawatan Rasional
monitor suhu minimal tiap 2 jam sekali



memonitor secara rutin akan dapat mengantisipasi hipertermi dengan melakuan intervensi selanjutnya

rencanakan monitor suhu secara kontinu




kegiatan terencana monitor suhu secara khusus seperti setiap 30 menit sekali akan sangat membatu dalam intervensi keperawatan setelahnya

monitor tanda-tanda hipertermi



tanda-tanda hipertermi seperti penurunan nafsu makan dan penurunann intake cairan merupakan sebuah indikasi unutk hipertermi

tingkatkan intake cairan dan nutrisi



peningkatan intake cairan dan nutrisi akan memperbaiki sitem metabolisme tubuh dan mencegah hipertermi

monitor nadi dan RR



perubahan dalam nadi dan pernafasan dapat membahayakan anak, sehingga harus dimonitor secara berkala setiap anak mengalmai demam


5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis

Tujuan 

  • Tupan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  4 x  24 suhu tubuh normal.
  • Tupen: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam proses patologis teratasi dengan kriteria:
Kriteria Hasil :

  • TTV stabil
  • Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi : 

Intervensi Keperawatan Rasional
Pantau suhu pasien (derajat dan pola): perhatikan menggigil, diaforesi.

Suhu 38,9-41,1 derajat celsius menunjukkan proses penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Suhu ruangan, jumlah selimut harus dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

Berikan kompres hangat: hindari penggunaan kompres alkohol.

Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan

Berikan selimut pendingin

Digunakan untu kengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-40 derajat celsius pada waktu terjadi gangguan pada otak.

Kolaborasi:
Berikan antipiretik sesuai indikasi

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral


6. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b'd peningkatan suhu tubuh

Tujuan 
  • Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam kekurangan volume cairan tidak terjadi
  • Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam peningkatan suhu tubuh teratasi, dengan kriteria:
Kriteria Hasil :
  • Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
  • Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat
  • Turgor kulit baik
  • Membran mukosa mulut lembab
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Ukur/catat haluaran urin.

Penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan hipovolemia.

Pantau tekanan darah dan denyut jantung

Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi awal dari takikardia untuk meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah sistemik.

Palpasi denyut perifer.

Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.

Kaji membran mukosa kering, turgor kulit yang tidak elastis

Hipovolemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi.

Kolaborasi:
Berikan cairan intravena, misalnya kristaloid dan koloid

Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan kehilangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.

Kolaborasi:
Pantau nilai laboratorium

Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah.


7. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan 
  • Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x24 jam, pengetahuan keluarga meningkat dan keluarga dapat memahai proses penyembuhan penyakit anaknya
Kriteria Hasil :
  • pengetahuan keluarga meningkat
  • keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsi
  • keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat pengetahuan seseorang

Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.

untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang telah mereka ketahui,sehingga pengetahuan yang nantinya akan diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan keluarga

Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes.

untuk meningkatkan pengetahuan

Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.

untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang sudah dipahami

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.

agar keluarga dapat memberikan penanngan yang tepat jika suatu-waktu klien mengalami kejang berikutnnya.


8. Resiko kurangnya volume cairan dan elektrolit

Tujuan 
  • Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam kekurangan volume cairan tidak terjadi
  • Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam peningkatan suhu tubuh teratasi, dengan kriteria:
Kriteria Hasil :
  • Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
  • Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat
  • Turgor kulit baik
  • Membran mukosa mulut lembab
Intervensi :

Intervensi KeperawatanRasional
Ukur/catat haluaran urin.

Penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan hipovolemia.

Pantau tekanan darah dan denyut jantung

Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi awal dari takikardia untuk meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah sistemik.

Palpasi denyut perifer.

Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.

Kaji membran mukosa kering, turgor kulit yang tidak elastis

Hipovolemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi.

Kolaborasi:
Berikan cairan intravena, misalnya kristaloid dan koloid

Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan kehilangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.

Kolaborasi:
Pantau nilai laboratorium

Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah.

9. Resiko tinggi Kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang

Tujuan 
  • Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam tidak terjadi terjadi kerusakan selotak dan tidak terjadi komplikasi. Dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil :
  • tidak ada tanda tanda kejang
  • peredaran darah lancar
  • suplai oksigen lancar
  • komplikasi otak tidak terjadi
  • kerusakan sel otak tidak terjadi
Intervensi :

Intervensi KeperawatanRasional
Atur kepala dan beri bantal yang empuk, beri posisi yang nyaman


Mengarahkan Ekstremitas dengan hati-hati menurunkan resiko trauma secara fisik ketika klien kehilangan kontrol terhadap otot volunter.

Longgarkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.

Obat anti kejang yang dapat menstabilkan membran sel.

Lakukan tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran


Untuk fasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada

Kolaborasi pemberian tambahan O2


Mencatat Keadaan posiktal dan waktu penyembuhan pada keadaan normal.

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikas



Dapat Menurunkan Hipoksia Serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap pasme vaskuler


10. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri.

Tujuan 
  • Setelah dilakuakn asuhan keperawatan selama ....x24 jam, cidera tidak terjadi
Kriteria Hasil :
  • Dapat mengurangi risiko cidera pada pasien

Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji karakteristik kejang



Untuk mngetahui seberapa besar tingkatan kejang yang dialami pasien sehingga pemberian intervensi berjalan lebih baik

Jauhkan pasien dari benda benda tajam / membahayakan bagi pasien

Benda tajam dapat melukai dan mencederai fisik pasien

Segera letakkan sendok di mulut pasien yaitu diantara rahang pasien



Dengan meletakkan sendok diantara rahang atas dan rahang bawah, maka resiko pasien menggigit lidahnya tidak terjadi dan jalan nafas pasien menjadi lebih lancer

Kolaborasi 
Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang


Obat anti kejang dapat mengurangi derajat kejang yang dialami pasien, sehingga resiko untuk cidera pun berkurang


11. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b'd intake yang adekuat

Tujuan 
  • Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 5 x 24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
  • Tupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam intake nutrisi adekuat, dengan kriteria:
Kriteria Hasil :
  • Makan klien habis
  • BB klien normal
Intervensi :

Intervensi Keperawatan Rasional
Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.


Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambilan keputusan.

Gunakan pendekatan konsisten, duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan/komentar.


Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus padad makanan.

Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat.

Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.

Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.


Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.

Pertahankan jadwal bimbingan berat badan teratur.

Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan yang akurat.



Sumber : Perawat Kita Satu



Demikianlah artikel yang dapat kami sampaikan tentang Askep Kejang Demam Pada Anak Part 2, semoga artikel ini membuat teman-teman dalam membuat laporan makalah ataupun laporan praktik keperawatannya.

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Askep Kejang Demam Pada Anak Part 2, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

0 komentar