PRE
PLANNING
PENYULUHAN
PENYAKIT DIARE
A. Pendahuluan
World Health
Organization (WHO)
mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental,
sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut
Undang-Undang Kesehatan RI No 23 tahun 1992, sehat didefinisikan sebagai
keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya yang ditempuh
pemerintah untuk mendapatkan kehidupan yang sehat bagi masyarakat adalah dengan
menetapkan Visi Indonesia sehat 2010 yang diupayakan melalui pembangunan
kesehatan dengan tujuan tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam Rencana
Pembangunan Kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya diseluruh
wilayah Republik Indonesia.
Pelaksanaan
program pemberantasan penyakit diare adalah bagian dari pembangunan kesehatan,
dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia
serta merupakan bagian dari upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit
menular.
Diare masih
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di
berbagai negara berkembang. Berdasarkan analisis Badan Kesehatan Dunia (WHO)
dari survey dan sumber lainnya memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3
miliar kejadian diare pada golongan umur balita terjadi di Asia, Afrika dan
negara Amerika Latin dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Penyakit
diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan masih merupakan penyebab
kematian nomor dua di Indonesia baik bila ditinjau dari angka kesakitan atau
kematian yang ditimbulkannnya. Di Propinsi Sumatera Selatan jumlah angka
kesakitan diare per 1000 penduduk pada tahun 2004 sebesar 21,76 per 1000
penduduk. Jumlah kasus diare di kota Palembang pada tahun 2004 berjumlah 36819
kasus (DinKes.
Provinsi Sumatera Selatan, 2004).
Masih
tingginya angka kejadian diare dapat disebabkan karena faktor lingkungan
pemukiman yang masih kotor, prilaku hidup bersih dan sehat yang masih buruk,
kebiasaan warga untuk menggunakan air sungai sebagai sumber dan tempat
pemandian, disamping itu masih adanya warga yang menggunakan air sungai sebagai
sumber air bersih.
Berbagai
hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi maka perlunya dilakukan penyuluhan
mengenai penyakit diare, dimana melalui penyuluhan kesehatan yang diberikan
dapat menambah informasi bagi warga tentang penyakit diare.
B.
TUJUAN
Tujuan umum : Meningkatkan
pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang penyakit
Diare dan dapat mengambil
keputusan secara cepat dan tepat pada
saat ada anggota keluarga
yang sakit.
Tujuan khusus :
-
Ibu
dan keluarga mengetahui pengertian Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui penyebab penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui cara penularan penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui faktor resiko terjadinya penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui cara pencegahan penyakit Diare
C.
METODE
Kegiatan
ini menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab
D.
PENGORGANISASIAN
1. Penanggung jawab :
2. Pembawa acara :
3. Penyuluh
:
4. Observer :
5. Anggota :
E. WAKTU
DAN TEMPAT
1. Waktu :
2. Tempat pelaksanaan :
F.
PESERTA
Warga masyarakat Rt. .................
G.
Penutup
Demikian
proposal kegiatan ini kami buat, mudah-mudahan kegiatan ini dapat berjalan
dengan lancar dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan warga masyarakat Rt.....................
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT DIARE
A. Definisi
Diare
kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran tinja yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan
baik secara terus-menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional
(Tarigan, 1990).
Diare
terbagi dua di dasaarkan pada mula dan lamanya yaitu diare akut dan diare
kronik. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair yang bersifat mendadak datangnya,
dan berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu (Suharyono, 1991).
Diare
merupakan peningkatan frekuensi dan kandungan air pada feces (Rosens dan Beryl,
1997).
Diare
didefenisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Diare
adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
berak lebih dari biasanya tiga kali atau lebih dalam satu hari (Depkes RI,
2002).
Diare
juga dapat diartikan suatu keadaan dimana buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dimana
kandungan air lebih dari 200 gr atau 200 cc dalam 24 jam atau diare adalah
buang air besar lebih dari tiga kali perhari (kriteria frekuensi) buang air
besar encer atau cair ini dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Sya’roni,
2003).
Diare
akut adalah meningkatnya kekerapan, bertambahnya cairan, atau bertambahnya
banyaknya tinja yang dikeluarkan akan tetapi hal itu sangat relative terhadap
kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu.
Menurut Cohen MB (1996) diare akut didefinisikan sebagai keluarnya buang air
besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung
kurang dari empat belas hari. Shahid NS mengemukankan bahwa diare sebagai
episode keluarnya tinja cair sebanyak tiga kali atau lebih, atau lebih dari
sekali keluarnya tinja cair yang berlendir atau berdarah dalam sehari
(Soegijanto, 2002).
B. Penyebab Penyakit Diare
Menurut
Depkes (2000) penyebab diare dapat dikelompokkan dalam lima golongan besar,
yaitu:
1. Infeksi
(a) Virus; Rotavirus,
Enterovirus, Adenovirus, Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus,
Minirotavirus.
(b) Bakteri; Shigella,
salmonella, Escherichia coli, Campylobacter, Yersinia enterocolitrica, Basillus
cereus, Clostridium perfringens, Staphilococus aurus, Pseudomonas, golongan
Vibrio, Aeromonas hydrophilia, Pleisiomonas shigelloides.
(c) Parasit; Protozoa (entamoeba
histolytica, giarda lamblia, balantidium), cacing perut (ascaris,
trichuris, strongyloides, blastissistis, humnis, bacillus cereus, clostridium
perfringens).
2. Malabsorbsi
karbohidrat, glukosa galaktosa, asam empedu primer.
3. Alergi
4. Keracunan bahan-bahan
kimia (Fe, Hg, Pb, Fluorida), racun yang terdapat dalam jasad renik (Algea),
ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
5. Immunodefisiensi
C. Tanda Dan Gejala Diare
Menurut
Depkes (2000) berikut ini merupakan tanda dan gejala yang timbul akibat diare:
a. Diare tanpa dehidrasi,
dengan gejala sebagai berikut:
1) Keadaan umum baik dan
penderita sadar
2) Mata normal dan air
mata ada
3) Mulut dan lidah basah
4) Tidak merasa haus dan
bisa minum
b. Diare dengan dehidrasi
ringan atau sedang
Kehilangan
cairan 5 – 10 persen dari berat badan. Pada dehidrasi ini ringan atau sedang,
buang air besar tiga kali atau lebih, kadang-kadang muntah, buang air kecil
sedikit, nafsu makan sedikit, aktifitas menurun, mulut dan lidah kering,
gelisah dan mengantuk, nadi lebih cepat dari normal
c. Diare dengan dehidrasi berat
Kehilangan
cairan lebih dari 10 persen dari berat badan. Pada dehidrasi berat, buang air
besar terus menerus dengan gejala yang banyak, muntah lebih sering, terasa haus
sekali, tidak buang air kecil, tidak ada nafsu makan, mulut sangat kering,
nafas cepat dan dalam, nadi sangat cepat atau tidak teraba.
Kriteria penentuan
derajat dehidrasi menurut Haroen Noerasid (modifikasi) dalam Soegijanto (2002)
adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi ringan; rasa
haus dan oliguri
b. Dehidrasi sedang; rasa
haus, oliguri, turgor kulit menurun, ubun-ubun besar cekung, dan mata cekung.
c. Dehidrasi berat; rasa
haus, oliguri, turgor kulit menurun, ubun-ubun besar cekung, mata cekung,
penurunan kesadaran, pernapasan kusmaul dan terjadi renjatan.
Tanda-tanda klinis
yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi adalah:
a. Rasa haus
b. Elastisitas kulit menurun
c. Bibir dan mulut kering
d. Mata cekung
e. Air mata tidak keluar
f.
Ubun-ubun
besar cekung
g. Air kencing sedikit
(oliguri) bahkan dapat anuria
h. Tekanan darah rendah
i.
Takikardia
j.
Kesadaran
menurun
Manifestasi klinis
diare berdasarkan dehidrasi yang timbul pada penderita diare (Soegijanto,2002)
adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi
ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan
normal yang ditemui dalam cairan ekstraseluler. Gambaran klinis pada dehidrasi
isotonik adalah; ekstremitas menjadi dingin dan berkeringat, kesadaran menurun,
dan muncul gejala syok hipovolemik.
b. Dehidrasi Hipertonik
(hipernatremia)
Pada
keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium, gambaran utama
dehidrasi hipernatremia adalah; terdapat kekurangan air dan natrium, konsetrasi
natrium serum meningkat (> 150 mmol/L), osmolaritas serum meningkat (>
295 mOsmol/L), sangat haus, irritable, dan kejang.
c. Dehidrasi Hipotonik
(hiponatremia)
Pada
keadaan ini terjadi kekurangan dari natrium, gambaran utama dehidrasi
hiponatremia adalah; kekurangan air dan natrium, konsentrasi natrium serum
rendah, osmolaritas serum rendah, anak letargi, dan kadang-kadang kejang.
Menurut
Suharyono (1995) tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan pada penderita yang
menderita diare akut dan kronis:
a. Kehilangan air dan
elektrolit (terjadi dehidrasi); kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic). Asidosis dapat diketahui melalui
pernapasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam (kusmaul).
b. Hipoglikemia; tanda
yang muncul berupa lemas, apatis, peka rangsangan, tremor, berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma.
c. Gangguan gizi; akibat
makanan yang diberikan tidak dapat diabsorpsi sehingga terjadi penurunan berat
badan
d. Gangguan Sirkulasi yang
dapat terjadi renjatan atau syok hipovolemik.
D. Klasifikasi Diare
Penyakit
diare yang terjadi seorang individu dapat memiliki tanda dan gejala berbeda.
Adanya perbedaan manifestasi klinis pada penderita Diare menentukan berat
jenisnya penyakit Diare yang dideritanya. Menurut Depkes R.I. (2000) penyakit
diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Diare Akut
Yaitu
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat
diare akut adalah dehidrasi sedangkan dehidrasi merupakan penyebab kematian
bagi penderita diare.
b. Disentri
Yaitu
diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada
mukosa.
c. Diare Persisten
Yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare
persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak
yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
tatalaksana penderita diare tersebut di atas selain berdasarkan acuan
tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit yang menyertainya.
E. Cara penularan Diare
Penyakit
diare merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui:
- Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab.
- Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukan kemulut atau dipakai untuk memegang makanan.
- Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya.
- Faktor lingkungan dan prilaku, penyakit diare merupakan salah satu
Berikut ini
merupakan perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan resiko terjadinya diare. Perilaku
tersebut antara lain :
1. Tidak memberikan ASI
(Air Susu Ibu) secara penuh 4 – 6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang
tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang
diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu,
penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan
3. Menyimpan makanan pada
suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan
tercemar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum
yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan
5. Tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan
menyuapi anak.
6. Tidak membuang tinja
(termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi
tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Selain itu tinja binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada
manusia.
7. Faktor pejamu yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor pejamu yang dapat
meningkatkan insiden, beratnya penyakit dan lamanya diare yaitu:
a) Tidak memberikan ASI
sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap
berbagai kuman penyebab diare, seperti : Shigella dan V. cholerae.
b) Kurang gizi. Beratnya
penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang
menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan
disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita
d) Imunodefisiensi/imunosupresi.
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus
(seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
(Autoimmune Deficiency Syndrome). Pada anak immunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. Secara proporsional diare lebih
banyak terjadi pada golongan balita.
F. Cara Pemutusan Rantai Penularan
Penyakit
Penularan penyakit diare
dapat diputus melalui upaya sebagai berikut:
a. Penyediaan air bersih
Disarankan
kepada perencana penyedian air bersih memperhatikan selain syarat-syarat
lokasinya dan juga syarat-syarat yang lain termasuk cara penyimpanan untuk
mencegah kontaminasi dari tempat pembuangan limbah air dan penggunaan jamban
keluarga.
b. Pemeriksaan penjamah makanan
Dalam
pelaksanaan peningkatan kesehatan lingkungan perlu dilakukan secara berkala
diadakan pemeriksaan terhadap penjamah makanan untuk mendeteksi pembawa kuman.
G. Penatalaksanaan Penderita Diare
Berdasarkan
penilaian derajat dehidrasi, petugas kesehatan memilih salah satu dari rencana
dan pengobatan penderita diare (Depkes RI, 1998) sebagai berikut:
a. Penderita diare tanpa
dehidrasi
Untuk
mengobati diare ini dapat dilakukan di rumah oleh ibu-ibu dengan memberikan
cairan yang berasal dari rumah tangga yang dianjurkan seperti; air tajin, kuah
sayur, air kelapa dan bila mungkin memberikan ASI, sebaiknya diteruskan
disertai dengan pemberian makanan. Bila umur anak 6 bulan atau lebih atau sudah
mendapat makanan padat, berikan bubur atau campuran tepung lainnya dan berikan
sari segar atau pisang halus untuk menambah kalium.
b. Penderita diare dengan dehidrasi ringan
Pada keadaan ini telah mendapat tanda-tanda kekurangan cairan yaitu penderita telah kehilangan nafsu makan dan aktifitas berkurang. Cairan pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah oral elektrolit dengan formula lengkap (oralit), dan diberikan sebanyak anak mau serta anjurkan ibu untuk meneruskan pemberian ASI. Untuk diare dengan dehidrasi ringan dapat ditangani di rumah oleh ibu dan kader kesehatan.
b. Penderita diare dengan dehidrasi ringan
Pada keadaan ini telah mendapat tanda-tanda kekurangan cairan yaitu penderita telah kehilangan nafsu makan dan aktifitas berkurang. Cairan pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah oral elektrolit dengan formula lengkap (oralit), dan diberikan sebanyak anak mau serta anjurkan ibu untuk meneruskan pemberian ASI. Untuk diare dengan dehidrasi ringan dapat ditangani di rumah oleh ibu dan kader kesehatan.
c. Penderita diare dengan
dehidrasi sedang
Pada
keadaan ini memerlukan perhatian lebih khusus. Pemberian oralit untuk penderita
hendaknya dilakukan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan dan penderita
perlu diawasi oleh petugas kesehatan dan penderita perlu diawasi untuk beberapa
jam lamanya (3-4 jam). Bila penderita sudah lebih baik keadaannya boleh pulang
dengan dibekali beberapa bungkus oralit.
d. Penderita diare dengan
dehidrasi berat
Penderita
dengan dehidrasi berat harus diberikan cairan penetral sebagai berikut:
1) Terapi cairan parenteral.
Terapi
cairan parenteral diindikasikan untuk keadaan-keadaan; muntah atau kelemahan
tidak memungkinkan terapioral, keadaan syok, dan asidosis. Pemberian cairan
diberikan sesuai dengan kondisi penderita.
2) Pengobatan dietetik
Pemberian
makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan
kebutuhan penderita. Pemberian ASI dan susu formula dapat terus diberikan dan
diperlukannya makanan tambahan pada masa penyembuhan.
3) Pengobatan medikamentosa
Tidak
ada obat yang dapat membantu menghentikan diare dengan aman dan efektif.
Antibiotic tidak efektif untuk melawan sebagian besar organisme penyebab diare.
Antibiotik jarang membantu bahkan dapat membuat beberapa orang lebih sering
sakit dalam jangka panjang. Penggunaan yang sembarangan akan meningkatkan
resistensi organisme penyakit terhadap antibiotic. Selain antibiotic tidak
perlu digunakan secara rutin. Obat anti diare dan antiemetik jangan diberikan
pada anak dan bayi. Tidak satupun yang terbukti menguntungkan dalam pengobatan
diare dan beberapa justru berbahaya.
4) Penatalaksanaan dehidrasi
No
|
Plan
|
Derajat
Dehidrasi
|
Kebutuhan
Cairan
|
Jenis Cairan
|
Cara/Lama
Pemberian
|
1
|
A
|
Tanpa
dehidrasi
|
+
10-20 ml/kg setiap kali diare
|
Oralit
atau cairan rumah tangga
|
Oral
sampai diare berhenti
|
2
|
B
|
Ringan
|
+
50 ml/kg/3 jam (+3-4 tts/kg/mnt)
|
½
Darrow atau oralit
|
IV/3
jam bila oral tidak mungkin atau IG
|
3
|
B
|
Sedang
|
+
70 ml/kg/3 jam (+5 tt/kg/mnt)
|
NaCl
0,9 %
RL
Atau
½ Darrow
|
IV/3
jam atau IG/3 jam atau oral 3 jam
|
4
|
C
|
Berat
|
+
30 ml/kg/1 jam
(+10tt/kg/mnt)
|
NaCl
0,9 %
RL
|
IV/1
jam
|
H. Pencegahan Diare
Tindakan
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada balita (Depkes R.I,
2000) :
a. Pemberian ASI
Air
Susu Ibu (ASI) adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. Pemberian
ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan
diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh. Pemberian ASI selama
diare mengurangi akibat negatif terhadap masa pertumbuhan dan keadaan gizi
bayi. Pemberian ASI mengurangi parahnya kejadian diare. Bayi yang mendapat ASI lebih
jarang membutuhkan pengobatan intravena dan perawatan di rumah sakit untuk
shigellosis dan diare lain. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian
ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI
secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, resiko mendapat diare adalah 30
kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol untuk pemberian susu formula, biasanya menyebabkan resiko
tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b. Pemberian makanan pendamping
ASI
Pemberian
makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara bertahap. Mulailah dibiasakan
dengan makanan orang dewasa yang dihaluskan. Pada masa tersebut merupakan masa
yang berbahaya meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik
meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI
diberikan. Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan
pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :
1) Perkenalkan
makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering (4 kali sehari). Setelah anak berumur satu tahun, berikan
semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 kali sehari, teruskan pemberian ASI
bila mungkin.
2)
Tambahkan
minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau bubur dan biji-bijian untuk energi.
Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan,
dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
3) Cuci
tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok
yang bersih.
4) Masak
atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
5)
Cuci
semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih.
6)
Menggunakan air
bersih
c. Mencuci tangan
Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare
d. Menggunakan jamban
Pengalaman
di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak
yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh
keluarga :
e. Membuang tinja bayi
yang benar
Banyak
orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
tuanya.
f.
Pemberian
Imunisasi Campak
Diare
sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi segera setelah berumur 9
bulan.
I.
Faktor-Faktor
Resiko Terjadinya Penyakit Diare
Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare terutama pada balita adalah
sebagai berikut:
a. Lingkungan
Penyakit
diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis pada lingkungan. Dua faktor
yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat pula yaitu yaitu melalui makanan dan minuman, maka
dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
b. Higiene
Faktor
hygiene yang dapat mempengaruhi kejadian diare adalah; personal hygiene dan
domestic hygiene (berkaitan dengan cara penyajian air atau makanan)
c. Daya tahan tubuh
Faktor
daya tahan yang mempengaruhi kejadian diare adalah status gizi, makin buruk
gizi seorang anak,ternyata makin banyak episode diare yang dialami. Insiden
diare dalam masyarakat yang memiliki pendapatan rendah dan kurang pendidikan
mulai bertambah pada saat anak mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini
makin meningkat mencapai puncaknya pada saat anak disapih, yaitu umur 0-23
bulan dengan status gizi kurang. Hal
ini disebabkan karena anak pada umur tersebut mulai disapih dan anak tersebut
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan. Makanan yang terkontaminasi akan
lebih mudah mengakibatkan diare pada anak.
ASI
merupakan makanan utama dan pertama untuk bayi agar tumbuh kembang sehat,
karena kandungan zat gizinya yang bernilai tinggi, dapat melindungi bayi
terhadap beberapa penyakit dan memberikan interaksi psikososial yang adekuat.
Praktek inisisasi yang terlambat berhubungan dengan pembedaan oleh ibu, antara
susu basi yang keluar pertama kali setelah melahirkan dan susu putih yang
keluar setelah terbuangnya susu basi. Susu basi ini seperti kita kenal
merupakan kolostrum. Pembuangan kolostrum mempunyai implikasi terhadap
kesehatan bayi, karena kolostrum dibuang, inisiasi ASI terlambat, sehingga
supaya tidak haus diberikan makanan yang umumnya berupa cairan. Makanan
pralaktal ini kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri. Perilaku ini
menyebabkan bayi terpapar penyakit diare.
J. Perawatan Penderita Diare
Pada
penderita diare, penanganan yang baik meliputi pengobatan maupun perawatan
sangat menentukan prognosis dari penyakit diare yang diderita balita.
Pengobatan dan perawatan yang baik di rumah sangat penting diketahui dan
diberikan oleh seorang ibu dalam merawat balita yang menderita diare. Menurut
Depkes R.I (2000) ada beberapa prinsip penanganan yang diberikan pada penderita
diare, yakni
a. Tindakan mengatasi
panas ; seorang ibu yang anaknya mengalami panas akibat diare dapat memberikan
tablet atau obat antipiretik (Penurun panas), tumbuk halus obat kemudian
campurkan dengan makanan lunak atau minuman, lakukan pengompresan pada daerah kepala
dan daerah lipatan dengan menggunakan kain yang bersih dan nyaman bagi anak.
b. Pemberian makan ;
berikan makanan seperti biasanya untuk memenuhi kecukupan gizi anak berikan
dalam porsi kecil/sedikit tetapi sering. Pemberian
ASI pada bayi yang menyusui di teruskan.
c. Pemberian minum ; berilah
cairan, air putih, air buah yang bersih. Cairan berguna untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit.
d. Jangan memberikan
pakaian atau selimut yang tebal dan rapat terlebih pada anak yang mengalami
panas tinggi.
e. Berilah pakaian yang
tipis dan ringan
f.
Jaga
kebersihan rumah, jangan buang kotoran (feces)penderita diare
sembarangan
g. Atur pencahayaan dan kelembaban
ruangan rumah
h. Segera bawa anak yang
menderita diare jika kondisinya semakin memburuk(mengalami dehidrasi hebat) ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
i. Mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minuman
lebih banyak cairan rumah tangga yang dianjurkan. Beberapa macam cairan yang
dapat digunakan akan tergantung pada; Kebiasaan setempat dalam mengobati diare,
tersedianya cairan sari makanan yang cocok, tersedianya oralit. Bila tidak
mungkin memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus
segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi
oral.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Penyakit Diare
Pokok Bahasan : Diare
Sub
Pokok Bahasan :
-
Pengertian
Diare
-
Penyebab
penyakit Diare
-
Tanda
dan gejala penyakit Diare
-
Cara
penularan penyakit Diare
-
Faktor
resiko terjadinya penyakit Diare
-
Cara
pencegahan penyakit Diare
Tempat :
Waktu :
Sasaran :
Tujuan
Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan Ibu
dan Keluarga tentang penyakit
Diare dan dapat mengambil
keputusan secara cepat dan tepat
pada saat ada anggota
keluarga yang sakit.
Tujuan khusus :
-
Ibu
dan keluarga mengetahui pengertian Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui penyebab penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui cara penularan penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui faktor resiko terjadinya penyakit Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui cara perawatan penderita Diare
-
Ibu
dan keluarga mengetahui cara pencegahan penyakit Diare
Uraian kegiatan :
No
|
Tahapan kegiatan
|
waktu
|
Kegiatan mahasiswa
|
Kegiatan peserta
|
Metode
|
PJ
|
1.
2
3.
|
Pendahuluan
Isi
Penutup
|
5
mnt
30
mnt
10
mnt
|
- Mengucapkan salam
- Mengingatkan kontrak
pertemuan hari ini.
- Menjelaskan tujuan
- Menanyakan kabar warga yang
hadir
- Menjelaskan pengertian Diare,
penyebab Diare
- Menjelaskan tanda dan gejala Diare
- Menjelaskan cara penularan Diare
- Menjelaskan factor resiko
yang dapat menyebabkan Diare
- Menjelaskan cara perawatan
penderita Diare
- Menjelaskan cara pencegahan
terkena Diare
- Menanyakan bagaimana perasaan
warga setelah mengetahui lebih banyak tentang penyakit ISPA
- Menanyakan apa tindakan yang
akan dilakukan oleh keluarga ketika ada anggota keluarganya yang menderita
diare.
- Mengcapkan salam
|
- Menjawab salam
- Mendengarkan dan
- Mengangguk tanda setuju
- Menjawab pertanyaan
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Aktif mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan penjelasan
- Menjawab pertanyaan
- Menanyakan hal yang masih
kurang jelas
- Menjawab salam
|
Tanya
jawab
Tanya
jawab
Tanya
jawab
|
Andi
Marta
Marta
|
Evaluasi : Melalui tanggapan yang di
berikan oleh keluarga
Materi :
Terlampir
Referensi :
Asnil , 1982 . Epidemiologi Penyakit Diare.
Dirjen PPM dan PLP Depke RI, Jakarta
Rani. A, 2003. 100
Juta Episode Diare Per Tahun. Farmacial, Jakarta Dalam Sya’roni, Akmal dkk.
2003. Naskah Lengkap Workshop Tropik dan Infeksi Pertemuan Ilmiah Tahunan V
(PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, Palembang
Depkes.1996
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Dalam Repelita
VI, Jakarta

Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan
penatalaksanaan. Jakarta: Salemba medika
Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004),
PSIK UMJ, Jakarta
Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai SAP Diare, materi dan pre planning diare, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
0 komentar