Injeksi Intrakutan / IC (Definisi, Tujuan, Lokasi, Indikasi,Keuntungan, Perhatian, Obat, Prinsip, SOP, Hasil)

7:46 PM

Injeksi Intrakutan / IC (Definisi, Tujuan, Lokasi, Indikasi, Kontraindikasi, Keuntungan, Kerugian, Perhatian, Contoh Obat, Prinsip Pemberian, SOP Injeksi, Dokumentasi, Hasil)


Injeksi Intrakutan / IC (Definisi, Tujuan, Lokasi, Indikasi, Kontraindikasi, Keuntungan, Kerugian, Perhatian, Contoh Obat, Prinsip Pemberian, SOP Injeksi, Dokumentasi, Hasil)

A. DEFINISI

  • Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
  • Injeksi intracutan (IC) adalah pemberian obat kedalam lapisan dermal kulit tepat dibawah epidermis. Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang digunakan(contoh 0,1 ml).Metode pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan tuberkulosis.

B. TUJUAN INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Dibawah ini merupakan tujuan dilakukannya pemberian suntikan / injeksi intrakutan :
  1. Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program pengobatan dokter.
  2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
  3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
  4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
  5. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.
  6. Pemberian vaksinasi.


C. LOKASI INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Lokasi injeksi intracutan biasanya pada :
  1. lengan bawah bagian dalam
  2. dada atas 
  3. punggung dibawah skapula
  4. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC
  5. lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.
  6. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus    deltoideus. 
  7. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah. 

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI INJEKSI INTRAKUTAN / IC
  1. Indikasi Injeksi IC
    1. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes).
    2. Pasien yang akan melakukan vaksinasi.
    3. Menegakkan diagnosa penyakit.
    4. Sebelum memasukkan obat.
  2. Kontraindikasi Injeksi IC:
    1. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
    2. Pasien dengan kulit terluka.
    3. Pasien yang sudah dilakukan skin tes.

E. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INJEKSI INTRAKUTAN / IC
  1. Keuntungan Injeksi IC
    1. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.
    2. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
    3. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
  2. Kerugian Injeksi IC
    1. Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
    2. Tuntutan sterilitas sangat ketat.
    3. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
    4. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.


F. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberikan obat melalui jaringan intrakutan yaitu:
  1. Tempat injeksi
  2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
  3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
  4. Kondisi atau penyakit klien
  5. Pasien yang benar
  6. Obat yang benar
  7. Dosis yang benar
  8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
  9. Waktu yang benar
  10. Kontraindikasi pemberian


G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
  1. Injeksi ke otot yang tegang,dapat menimbulkan rasa sakit.
  2. Visualisasi yang baik membantu penentuan lokasi injeksi yang tepat. Penentuan lokasi yang benar menghindari kerusakan jaringan otot.
  3. Udara dalam tabung akan mendorong obat keluar dari jarum suntik dan membantu memeperangkap obat dalam jaringan otot.
  4. Pathogen dalam kulit bisa terdorongjarum suntik masuk jaringan.
  5. Jika diatur secara vertikal, posisi alat dorong suntik bisa bergeser, sehinnga sebagian obat akan tumpah.
  6. Suntikan cepat  mengurangi rasa sakit. Gerak menghujam mempercepat tusukan jarum. Menekan kulit area suntik membantu tercapainya jaringan otot.


H. CONTOH OBAT INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Contoh obat yang diberikan melalui injeksi intrakutan / ic adalah :
  1. Vaksin Bacillus Calmette Guerrin (BCG) 0,05 ml
  2. 0,1 ATS atau ADS + 0,9 NaCl untuk menetralisir endotoksin dari kuman tetanus atau difteri.
  3. Adrenalin 1%.
  4. 0,1 ml vaksin sel diploid manusia (pasteur mariex) untuk vaksin rabies.
  5. Ekstrak allergen.

I. ENAM (6) PRINSIP PEMBERIAN OBAT AMAN

Pemberian Obat yang Aman Berpedoman kepada “6 T“:
  1. Tepat pasien.
  2. Tepat diagnosa keperawatan.
  3. Tepat indikasi.
  4. Tepat obat.
  5. Tepat regimen obat (dosis dan frekuensi,cara pakai, BSO, lama terapi, waktu pakai).
  6. Tepat evaluasi dan tindak lanjut.

J. PRINSIP PEMBERIAN OBAT INTRAKUTAN / IC
  1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar  tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
  2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
  3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
  4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya  dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggung jawab menandatangani surat penolakan untuk  pembuktian penolakan terapi.
  5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
  6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam  spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.

K. SOP INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Standar Operasional Prosedur /SOP Injeksi Intrakutan / IC
  1. Persiapan alat
    1. Sarung tangan
    2. Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan
    3. Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
    4. Perlak dan pengalas
    5. Bengkok
    6. Alat tulis/ bolpoint
    7. MAR atau cetakan computer dengan instruksi pengobatan yang diresepkan.
  2. Persiapan Pasien
    1. Memberikan salam pada pasien. R/ sebagai pendekatan terapeutik
    2. Cek perencanaan Keperawatan klien (dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat injeksi). R/ memastikan klien mendapat pengobatan yang tepat.
    3. Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien. R/ agar pasien tahu tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi kegelisahan klien.
    4. Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan. R/ memastikan klien menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan.
  3. Persiapan Lingkungan
    1. Tutup pintu, jendela atau pasang sketsel. R/ menjaga privacy klien.
    2. Memberi penerangan yang cukup. R/ meminimalkan terjadinya kesalahan pada saat injeksi.
    3. Mengatur posisi pasien, minta klien mengekstensikan siku dan menyangganya dan lengan bawah pada permukaan rata. R/ menstabilkan lokasi injeksi untuk akses yang paling mudah.
  4. Tindakan
    1. Periksa MAR atau cetakan computer dengan intruksi pengobatan yang diresepkan. Periksa nama klien dan nama obat, dosis, jalur dan waktu pemberian. Salin atau cetak kembali bagian MAR yang sulit dibaca. R/ lembaran intruksi merupakan sumber yang paling terpercaya dan satu-satunya rekaman pengobtan klien yang sah. Pastikan klien menerima obat yang tepat. MAR yang tidak dapat terbaca merupakan sumber kesalahan pengobatan.
    2. Periksa riwayat medis dan pengobatan klien. R/ memperlihatkan kebutuhan akan pengobatan.
    3. Periksa riwayat alergi klien: ketahui subtansi penyebab alergi dan reaksi alergi normal. Beberapa subtansi memiliki komposisi yang hampir sama; jangan berikan substansi yang telah diketahui menimbulkan reaksi alergi pada klien. R/ memungkinkan identifikasi dini resiko klien. Dapat membutuhkan resep obat yang berbeda.
    4. Identifikasi dengan setidaknya dua alat pengenal. Bandaingkan nama klien dengan pengenal lainnya (contohnya nomor identifikasi rumah sakit) pada MAR, cetakan computer, atau layar computer dengan informasi pada gelang identifikasi klien. Minta klien menyebutkan namanya jika mungkin sebagai pengenal ketiga. R/ sesuai dengan syarat TJC (2008) dan meningkatkan keamanan pengobatan. Pada sebagian besar lingkungan pelayanan akut, nama dan nomor identifikasi klien pada gelang dan MAR digunakan untuk mengidentifikasi klien. Gelang identifikasi dibuat saat klien masuk kerumah sakit dan merupakan sumber identifikasi yang paling terpercaya. Nama dan nomor klien bukan pengenal yang baik.
    5. Bandingkan label medikasi dengan MAR di sisi tempat tidur. R/ pemeriksaan terakhir pada label obat dengan MAR di sisi klien akan mengurangi kesalahan pemberian obat.
    6. Periksa tanggal kadaluarsa obat. R/ manfaat obat meningkat atau menurun jika telah kadaluarsa.
    7. Perhatikan respon verbal dan nonverbal sebelum menerima injeksi. R/ injeksi menimbulkan nyeri. Beberapa klien merasa gelisah, yang akan meningkatkan rasa nyeri.
    8. Periksa kontraindikasi. R/ meminimalkan terjadinya hal yang tidak diharapkan.
    9. Siapkan obat secara asepsis dari ampul atau vial. Periksa label obat dengan MAR dua kali saat mempersiapkan obat. R/ memastikan obat tetep steril. Teknik persiapan berbeda untuk ampul dan vial. Memastikan obat yang tepat disiapkan untuk obat yang tepat.
    10. Berikan obat pada klien pada saat yang tepat dan lakukan hygiene tangan. R/ memastikan klien memperoleh efek obat pada waktu yang tepat dan mengurangi transfer organisme.
    11. Kenakan sarung tangan bersih. R/ mengurangi transfer mikroorganisme.
    12. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhakan pajanan. R/ menghormati klien.
    13. Amati lesi atau perubahan warna di lengan bawah. Pilih lokasi tiga atau empat jari di bawah antecubiti dan selebar tangan di atas pergelangan tangan. Jika anda tidak dapat menggunakan lengan bawah, inspeksi punggung bagian atas. Jika perlu, gunakan lokasi injeksi subkutan. R/ lokasi IC harus bersih agar anda dapat melihat hasil tes kulit dan menginterpretasikannya dengan benar.
    14. Relokasi lokasi penanda anatomis. R/ injeksi anatomis yang tepat akan mencegah cidera syaraf, tulang, dan pembuluh darah.
    15. Bersihkan lokasi dengan antiseptic. Letakkan kapas ditengah lokasi dan rotasikan keluar dengan arah melingkar sekitar 5cm. R/ aksi mekanis usapan kapas akan melingkar sekresi yang mengandung mikroorganisme.
    16. Pegang kapas di antara jari ketiga dank e empat tangan non-dominan. R/ kapas akan tetap dapat diakses saat spuit ditarik.
    17. Lepaskan tutup spuit dengan dengan menariknya secara lurus. R/ mencegah spuit menyentuh tangan bagian samping penutup akan mencegah kontaminasi.
    18. Pegang dengan bevel menghadap ke atas. R/ dengan bevel menghadap ke atas, kemungkinan obat terdeposit ke jaringan di bawah dermis menjadi lebih kecil.
    19. Lakukan injeksi :
      1. Dengan tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau ibu jari. R/ spuit lebih mudah menembus kulit yang kencang.
      2. Masukkan spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5 sampai 15 derajat sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit melalui epidermis sampai sekitar 3mm di bawah permukaan kulit. Anda akan melihat ujung spuit melalui kulit. R/ memastiakan ujung spuit berada dalam dermis.
      3. Suntikan obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan tahanan. Jaka tidak, berarti spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi. Tangan nondominan dapat menstabilkan spuit selama injeksi. R/ injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis bersifat kencang dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi spuit akan mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak nyaman.
      4. Saat menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb) berdiameter sekitar 6mm (seperti gigitan nyamuk) pada permukaan kulit. Beritahukan pada klien bahwa ini merupakan hal yang normal. R/ gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis.
    20. Tekan perlahan. Jangan memijat lokasi penyuntikan. Berikan plester jika perluR/ pijatan dapat merusak jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat kelapisan jaringan di bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan.
    21. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman.R/ memberikan rasa nyaman bagi klien.
    22. Buang spuit yang tidak tertutup atau yang telah tertupup dan tabung suntiknya ke tempat pembuangan yang anti kebocoran.R/ mencegah cidera terhadap klien dan personil kesehatan. Menutup spuit meningkatkan resiko cidera akibat jarum (OSHA 2006).
    23. Tetaplah bersama klien dan amati adanya reaksi alergi.R/ dispnea, mengi, dan kolaps sirkulatorik merupakan tanda reaksi anfilatik berat dan mengancam jiwa.
    24. Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan efek obat.R/ mengevaluasi pemahaman klien tentang informasi yang diberikan.
    25. Untuk injeksi IC, gunakan pensil kulit dan gambarlah lingkaran di sekitar injeksi. Baca lokasi dalam beberapa waktu kemudian sesuai dengan jenis obat atau tes kulit yang dilakukan.R/ tanda tersebut mempermudah penemuan lokasi. Hasil tes klit dibaca pada berbagai waktu, tergantung jenis obat atau jenis tes kulit. Sesuaikan dengan arahan pabrik untuk menentukan waktu pembacaan hasil tes.
    26. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.R/ klien mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
    27. Membereskan alat-alat.R/ mencegah jarum melukai klien.
    28. Berpamitan dengan klien.R/ menjalin hubungan terapeutik.
    29. Cuci tangan.R/ mencegah transfer mikroorganisme.


L. DOKUMENTASI
  • Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/ respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
  • Cara perdokumentasian pemberian obat
  • Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatan maka perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarganya. Pada saat klien telah diberikan informasi tentang manfaat/ fungsi dari pemberian obat yang dilakukan, maka perawat segera membuat surat persetujuan tindakan medik (informed content) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat. Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya, sebagai pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak Rumah Sakit. Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat. Catat kapan pemberian obat dan obat apa yang telah diberikan serta catat perubahan yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut. Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat. Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan. Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan.

M. HASIL TES
  • Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan dengan melingkari  area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
  • Bacalah tes tuberculin setelah 2-3 hari. Indurasi (area keras, padat, dan terelevasi) pada kulit di sekitar injeksi menandakan reaksi positif, yaitu sebagai berikut:
    1. 15 mm atau lebih pada klien tanpa factor resiko tuberkolosis yang diketahui.
    2. 10 mm atau lebih pada klien yang merupakan imigran baru; pengguna obat injeksi; pekerja pada lingkungan resiko tinggi; personel laboratorium mikrobakteriologi; klien dengan kondisi klinis yang menempatkan pada resiko tinggi; anak usia di bawah 4 tahun; dan anak usia infantile, anak, dan remaja yang terpajan pda dewasa resiko tinggi.
    3. 5 mm atau lebih pada klien yang positif HIV, memiliki gambaran fibrotic yang konsisten pada foto dada dengan riwayat infeksi TB sebelumnya, pernah melakukan transplantasi organ, atau yang mengalami imunosupresi.
  • Hasil yang tidak diarapkan:
    1. Terbentuk elevasi dan indurasi pada area yang keras di sekitar lokasi tes IC
      1. Beritahukan penyelenggara kesehatan klien.
      2. Dokumentasikan sensitivitas terhadap allergen yang diinjeksikan atau tes positif jika tes tuberculin telah selesai.
    2. Klien mengalami tanda dan gejala alergi atau efek samping:
      1. Ikuti kebijakan atau pedoman institusi mengenai respons yang tepat terhadap reaksi obat yang diinginkan.
      2. Beritahukan penyelenggara kesehatan klien segera.
      3. Tambahkan informasi alergi kepada rekam medis klien.

G. DAFTAR PUSTAKA
  • Ariyani, Ratna. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Trans Info Media
  • Aziz, Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.
  • Berman, Audrey dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta : EGC
  • Lynn, Pamela. 2010. Atlas Foto Pemberian Obat Lippincott. Jakarta : Erlangga
  • Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
  • Tim Penulis Poltekkes Kemenkes Maluku.2011.Penuntun Praktikum Ketrampilan Kritis I untuk Mahasiswa D3 Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
  • Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.

Sumber : www.perawatkitasatu.com

Demikianlah artikel dari kami ini yang berjudul yaitu Injeksi Intrakutan / IC (Definisi, Tujuan, Lokasi, Indikasi,Keuntungan, Perhatian, Obat, Prinsip, SOP, Hasil). Semoga apa yang telah kami berikan dan sajikan diatas tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi teman-teman semuanya.

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Injeksi Intrakutan / IC (Definisi, Tujuan, Lokasi, Indikasi,Keuntungan, Perhatian, Obat, Prinsip, SOP, Hasil), semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

0 komentar