Laporan Pendahuluan Askep Keluarga dengan Gizi Buruk
A. DEFINISI
- Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).
B. CIRI-CIRI KELUARGA
- Diikat tali perkawinan
- Ada hubungan darah
- Ada ikatan batin
- Tanggung jawab masing –masing
- Ada pengambil keputusan
- Kerjasama
- Interaksi
- Tinggal dalam suatu rumah
C. STRUKTUR KELUARGA
- Struktur peran keluarga, formal dan informal
- Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengan kesehatan
- Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah ibu, & anggota lain
- Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk kesehatan
- Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi 3 yaitu:
- Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
- Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing -masing.
- Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing - masing.
- Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ayah
- Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ibu
- Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri
- Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami
- Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri
- Patriakal, dominan dipihak ayah
- Matriakal, dominan di pihak ibu
- Equalitarian, ayah dan ibu
Ciri - Ciri Struktur Keluarga
Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :
Pemegang Kekuasaan
D. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998), adalah sebagai berikut :- Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
- Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
- Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
E. TIPE KELUARGA
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)- Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
- Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
- Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
- Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
- Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
- Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
- Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting family).
- Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and lesbian family).
- Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak. - Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. - Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti. - Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. - Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama. - Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
F. FUNGSI KELUARGA
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:- Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
- Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
- Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
- Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
- Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati, 2008).
G. TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)- Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/ keluarga. - Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri. - Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. - Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
- Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
H. TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN (DUVAL)(SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE)
- Keluarga baru menikah
- membina hubungan Intim
- bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial
- mendiskusikan rencana punya anak
- Keluarga. Dengan anak baru lahir
- persiapan menjadi orang tua
- adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan Seksual
- Keluarga dengan anak usia pra sekolah
- memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
- membantu anak untuk bersosialisasi
- mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
- pembagian tanggung jawab
- kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
- Keluarga dengan anak usia sekolah
- membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
- mempertahankan keintiman pasangan
- memenuhi kebutuhan yang meningkat
- Keluarga dengan anak remaja
- memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
- mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
- komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
- persiapan perub. Sistem peran
- Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
- perluas jar. Keluarga dari keluarga inti ke extended
- pertahnakan keintiman pasanagan
- mabantu anak untuk mandiri sbg keluarga baru
- penataan kembali peran orang tua
- Keluarga usia pertengahan
- pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan
- hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
- meningkatkan keakraban pasangan
- Keluarga usia tua
- pertahankan suasana saling menyenangkan
- adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan
- pertahankan keakraban pasangan
- melakukan life review masa lalu
I. KELOMPOK KELUARGA DI INDONESIA BERDASARKAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBUTUHAN DASAR
- Prasejatera
belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal: pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu / lebih indikator KS tahap I. - Keluarga Sejahtera I (KS I)
Telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis, pendidikan, KB, interaksi lingkungan.
Indikator : ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan - Keluarga Sejahtera II (KS II)
Indikator : belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1 kali seminggu, Pakaian baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per orang, Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15 tahun bersekolah, Anak hidup 2/lebih, keluarga PUS saat ini berkontrasepsi. - Keluarga Sejahtera III (KS III)
Indikator : belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem, anggota melaksanakan ibadah, daging / telur seminggu sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2 perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga berumur 15 th punya penghasilan tetap, baca tulis latin 10 –60 th, usia 7-15 bersekolah, anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb, upaya meningk agama, keluarga punya tabungan, makan bersama sehari sekali, ikut keg. Masyarakat, rekreasi 6 bl sekali, informasi dari mass media, menggunakan transportasi, - Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya: dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat, indikator KS III + (ditambah), memberikan sumbangan.
Indicator Gakin : Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih, Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali, Tdk pakaian beda tiap aktifitas, Tdk pakain baru, satu stel /tahun, Lantai mayoritas tanah, Lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni, Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan tetap, Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes, Anak 7-15 tahun tak berekolah
J. KELUARGA SEBAGAI SISTEM
keluarga merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg berbeda dengan ciri saling berhubungan Dan tergantung antar individuAlasan Keluarga Sbg Sistem
- Keluarga punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan , budaya
- Saling berhub dan ketergantungan
- Unit terkecil dari masy. Sbg suprasistem
- Input, anggota keluarga, struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama
- Proses, proses pelaksanaan fungsi keluarga
- Out put, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesh,
- Feedback, pengontrol perilaku keluarga
- Sistem terbuka, sistem yg punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan lingk. Sekitar
- Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau menerima /memberi perhatian pada lingk. Sekitar
K. STANDAR PRAKTIK KELUARGA PPNI
- Standar praktik profesional
- standar i : pengkajian
- standar ii : diagnosis
- standar iii : perencanaan
- standar iv : pelaks. Tind.
- standar v : evaluasi
- Standar kinerja profesional
- Standar i : jaminan mutu
- Standar ii : pendidikan
- Standar iii : penilaian prestasi
- Standar iv : kesejawatan
- Standar v : etik
- Standar vi : kolaborasi
- Standar vii ; riset
- Standar ix : pemnafaatan sumber
L. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
- Bahaya fisik
- Penyakit
- Kegemukan
- Kecelakaan
- Kecanggungan
- Kesederhanaan
- Bahaya Psikologis
- Bahaya dalam konsep diri
- Bahaya moral
- Bahaya yang menyangkut minat
- Bahaya dalam penggolongan peran seks
- Bahaya dalam perkembangan kepribadian
- Bahaya hubungan keluarga
M. TAHAP IV : KELUARGA DENGAN ANAK SEKOLAH FAMILY WITH SCHOOL CHILDREN ( OLDEST CHILD 6 - 13 YEARS )
- Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal, keluarga sangat sibuk
- Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
- Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya
- Orang tua belajar menghadapi/ membiarkan anak pergi ( dengan teman sebayanya )
- Orang tua mulai merasakan tekanan yg besar dari komunitas di luar rumah (sistem sekolah)
GIZI BURUK
A. EPIDEMIOLOGI
- Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI). Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
B. DEFINISI
- Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
- Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
C. ETIOLOGI
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :- Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
- Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
- Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
- Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
- Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
- Keluarga miskin
- Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
- Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
D. KLASIFIKASI GIZI BURUK
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.- Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
- Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Iga gambang dan perut cekung
- Otot paha mengendor (baggy pant)
- Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
- Kwashiorkor
- Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
- Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
- Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata anak sayu
- Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
- Marasmik-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
E. PATOFISIOLOGI
- Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
- Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
- Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
- Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
- Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
- Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
- Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
- Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
- Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
- Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance
- Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan
- Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus
- Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala gizi buruk pada umumnya adalah:- Kelelahan dan kekurangan energy
- Pusing
- System kekebalan tubuh yang rendah
- Kulit kering dan bersisik
- Gusi mudah berdarah
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
- Berat badan kurang
- Pertumbuhan yang lambat
- Kelemahan otot
- Perut kembung
- Tulang mudah patah
- Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
G. KOMPLIKASI
- Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.
- Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).
- Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
- Perubahan Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
- Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut, maupun kronis, tumbuh kembang dan kesehatan
- Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit
- Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.
- Penilaian status gizi secara Antropometri
- Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi empat penilaian adalah antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).- Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi, kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status) - Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton dan Bengoa (1973) dalam. - Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu (Supariasa,dkk 2002).
- Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
- Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.
I. PENATALAKSANAAN
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor.
- Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI. Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut:- Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
- Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
- Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa, dan
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat pipa (per-sonde) (RSCM, 2003).
- Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari. - Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.- Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
- Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia.
- KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
- Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat hipomagnesimia.
- Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
- Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe) dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat
J. PENGKAJIAN
- Anamnesis
- Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gizi buruk:
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas
- Penyakit yang diderita selama hamil
- Obat-obatan yang diminum selama hamil
- Pemberian nutrisi pada bayi
- Kenaikan berat badan bayi dan tinggi badan
- Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda anatomis
- Berat badan kurang dari 2500 gram
- Panjang badan kurang dari 45 cm
- Lingkar kepala kurang dari 33 cm
- Lingkar dada kurang dari 30 cm
- Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis)
- Tanda fisiologis
- Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
- Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
- Penyebabnya adalah :
- Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
- Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
- Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
- Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
- Tidak efektifnya termoregulasi b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
- Resiko gangguan integritas kulit b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan
- Cemas pada keluarga berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
- Resiko infeksi b/d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Note : Silahkan klik link dibawah ini untuk melihat intervensi keperawatan serta daftar pustaka yaitu LP Askep keluarga gizi buruk part 2
Baca Juga :
- Laporan Pendahuluan Askep Keluarga dengan Gizi Buruk Part 2
Demikianlah artikel kami ini yang singkat dari perawatkitasatu.com yang berjudul Laporan Pendahuluan Askep Keluarga dengan Gizi Buruk. Semoga apa yang telah kami berikan dan sajikan diatas tersebut dapat bermanfaat dan membatu teman-teman semuanya. Terimakasih atas kunjungannya.
Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Laporan Pendahuluan Askep Keluarga dengan Gizi Buruk, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
0 komentar