PRE PLANNING PENYULUHAN
DIARE
A. Pendahuluan
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut Undang-Undang Kesehatan RI No 23
tahun 1992, sehat didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Upaya yang ditempuh pemerintah untuk mendapatkan kehidupan yang sehat
bagi masyarakat adalah dengan menetapkan Visi Indonesia sehat 2010 yang
diupayakan melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan tercapainya hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan
negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku
hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi
tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare
adalah bagian dari pembangunan kesehatan, dan merupakan upaya yang mendukung
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan bagian dari upaya pemberantasan
dan pencegahan penyakit menular.
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang. Berdasarkan analisis
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari survey dan sumber lainnya memperkirakan setiap
tahunnya lebih dari 1,3 miliar kejadian diare pada golongan umur balita terjadi
di Asia, Afrika dan negara Amerika Latin dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai
akibatnya. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
masih merupakan penyebab kematian nomor dua di Indonesia baik bila ditinjau
dari angka kesakitan atau kematian yang ditimbulkannnya. Di Propinsi Sumatera
Selatan jumlah angka kesakitan diare per 1000 penduduk pada tahun 2004 sebesar
21,76 per 1000 penduduk. Jumlah kasus diare di kota Palembang pada tahun 2004
berjumlah 36819 kasus (DinKes. Provinsi Sumatera Selatan, 2004).
Masih tingginya angka kejadian diare dapat disebabkan
karena faktor lingkungan pemukiman yang masih kotor, prilaku hidup bersih dan
sehat yang masih buruk, kebiasaan warga untuk menggunakan air sungai sebagai
sumber dan tempat pemandian, disamping itu masih adanya warga yang menggunakan
air sungai sebagai sumber air bersih.
Berbagai hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi maka
perlunya dilakukan penyuluhan mengenai penyakit diare, dimana melalui
penyuluhan kesehatan yang diberikan dapat menambah informasi bagi warga tentang
penyakit diare.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum :
Meningkatkan pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang penyakit diare
dan dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat pada saat ada anggota
keluarga yang sakit.
2. Tujuan khusus :
-
Warga mengetahui pengertian Diare
-
Warga mengetahui penyebab penyakit Diare
-
Warga mengetahui tanda dan gejala penyakit Diare
-
Warga mengetahui cara penularan penyakit Diare
-
Warga mengetahui faktor resiko terjadinya penyakit Diare
-
Warga mengetahui cara pencegahan penyakit Diare
C. METODE
Kegiatan ini menggunakan metode ceramah
dan Tanya jawab
D. PENGORGANISASIAN
1.
Moderator :
2.
Penyaji :
3.
Fasilitator :
4.
Observer :
E. WAKTU DAN TEMPAT
1.
Waktu :
2.
Tempat pelaksanaan :
F. PESERTA
Warga masyarakat
Rt. ..............
G. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami buat, mudah-mudahan
kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
dan warga masyarakat Rt. 22 Kel. Pulokerto Kec. Gandus Palembang
MATERI PENYULUHAN
DIARE
A.
Definisi
Diare adalah suatu keadaan dimana buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dimana
kandungan air lebih dari 200 gr atau 200 cc dalam 24 jam atau diare adalah
buang air besar lebih dari tiga kali perhari (kriteria frekuensi) buang air
besar encer atau cair ini dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Sya’roni,
2003).
Diare terbagi dua di dasarkan pada mula dan lamanya yaitu
diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair yang bersifat
mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu
(Suharyono, 1991).
Diare akut adalah meningkatnya kekerapan, bertambahnya
cairan, atau bertambahnya banyaknya tinja yang dikeluarkan akan tetapi hal itu
sangat relative terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung
tidak lebih dari satu minggu. Menurut Cohen MB (1996) diare akut didefinisikan
sebagai keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam
satu hari dan berlangsung kurang dari empat belas hari. Shahid NS mengemukankan
bahwa diare sebagai episode keluarnya tinja cair sebanyak tiga kali atau lebih,
atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang berlendir atau berdarah dalam
sehari (Soegijanto, 2002).
B.
Penyebab Penyakit Diare
Menurut Depkes (2000) penyebab diare dapat dikelompokkan
dalam lima golongan besar, yaitu:
1.
Infeksi
(a) Virus; Rotavirus, Enterovirus, Adenovirus, Norwalk, Astrovirus,
Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
(b) Bakteri; Shigella, salmonella, Escherichia coli, Campylobacter,
Yersinia enterocolitrica, Basillus cereus, Clostridium perfringens,
Staphilococus aurus, Pseudomonas, golongan Vibrio, Aeromonas
hydrophilia, Pleisiomonas shigelloides.
(c)
Parasit; Protozoa (entamoeba histolytica, giarda lamblia,
balantidium), cacing perut (ascaris, trichuris, strongyloides,
blastissistis, humnis, bacillus cereus, clostridium perfringens).
2.
Malabsorbsi karbohidrat, glukosa galaktosa, asam
empedu primer.
3.
Alergi
4. Keracunan bahan-bahan kimia (Fe, Hg, Pb,
Fluorida), racun yang terdapat dalam jasad renik (Algea), ikan,
buah-buahan, dan sayur-sayuran.
5.
Immunodefisiensi
C.
Tanda Dan Gejala Diare
Menurut Depkes (2000) berikut ini merupakan tanda dan
gejala yang timbul akibat diare :
a.
Diare tanpa dehidrasi, dengan gejala sebagai
berikut:
1)
Keadaan umum baik dan penderita sadar
2)
Mata normal dan air mata ada
3)
Mulut dan lidah basah
4)
Tidak merasa haus dan bisa minum
b.
Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang
Kehilangan cairan 5 – 10 persen dari berat badan. Pada
dehidrasi ini ringan atau sedang, buang air besar tiga kali atau lebih,
kadang-kadang muntah, buang air kecil sedikit, nafsu makan sedikit, aktifitas
menurun, mulut dan lidah kering, gelisah dan mengantuk, nadi lebih cepat dari
normal
c.
Diare dengan dehidrasi berat
Kehilangan cairan lebih dari 10 persen dari berat badan.
Pada dehidrasi berat, buang air besar terus menerus dengan gejala yang banyak,
muntah lebih sering, terasa haus sekali, tidak buang air kecil, tidak ada nafsu
makan, mulut sangat kering, nafas cepat dan dalam, nadi sangat cepat atau tidak
teraba.
Kriteria penentuan derajat dehidrasi menurut Haroen
Noerasid (modifikasi) dalam Soegijanto (2002) adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi ringan; rasa haus dan oliguri
b. Dehidrasi sedang; rasa haus, oliguri, turgor kulit
menurun, ubun-ubun besar cekung, dan mata cekung.
c. Dehidrasi berat; rasa haus, oliguri, turgor kulit
menurun, ubun-ubun besar cekung, mata cekung, penurunan kesadaran, pernapasan
kusmaul dan terjadi renjatan.
Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke
dalam dehidrasi adalah:
1)
Rasa haus
2)
Elastisitas kulit menurun
3)
Bibir dan mulut kering
4)
Mata cekung
5)
Air mata tidak keluar
6)
Ubun-ubun besar cekung
7)
Air kencing sedikit (oliguri) bahkan dapat anuria
8)
Tekanan darah rendah
9)
Takikardia
10) Kesadaran
menurun
Manifestasi klinis diare berdasarkan dehidrasi yang timbul
pada penderita diare (Soegijanto,2002) adalah sebagai berikut:
a.
Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi ini terjadi bila
kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan normal yang ditemui
dalam cairan ekstraseluler. Gambaran klinis pada dehidrasi isotonik adalah;
ekstremitas menjadi dingin dan berkeringat, kesadaran menurun, dan muncul
gejala syok hipovolemik.
b.
Dehidrasi Hipertonik (hipernatremia)
Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium,
gambaran utama dehidrasi hipernatremia adalah; terdapat kekurangan air dan
natrium, konsetrasi natrium serum meningkat (> 150 mmol/L), osmolaritas
serum meningkat (> 295 mOsmol/L), sangat haus, irritable, dan kejang.
c.
Dehidrasi Hipotonik (hiponatremia)
Pada keadaan ini terjadi kekurangan dari natrium, gambaran
utama dehidrasi hiponatremia adalah; kekurangan air dan natrium, konsentrasi
natrium serum rendah, osmolaritas serum rendah, anak letargi, dan kadang-kadang
kejang.
Menurut Suharyono (1995) tanda dan gejala yang dapat
ditimbulkan pada penderita yang menderita diare akut dan kronis:
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi);
kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolic). Asidosis dapat diketahui melalui pernapasan yang bersifat cepat,
teratur, dan dalam (kusmaul).
b. Hipoglikemia; tanda yang muncul berupa lemas,
apatis, peka rangsangan, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
c.
Gangguan gizi; akibat makanan yang diberikan tidak
dapat diabsorpsi sehingga terjadi penurunan berat badan
d.
Gangguan Sirkulasi yang dapat terjadi renjatan atau
syok hipovolemik.
e.
D.
Klasifikasi Diare
Penyakit diare yang terjadi seorang individu dapat memiliki
tanda dan gejala berbeda. Adanya perbedaan manifestasi klinis pada penderita
Diare menentukan berat jenisnya penyakit Diare yang dideritanya.
Menurut Depkes R.I. (2000) penyakit diare dapat diklasifikasikan
menjadi :
a.
Diare Akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab kematian bagi penderita diare.
b.
Disentri
Yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa.
c.
Diare Persisten
Yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
d.
Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya. tatalaksana penderita diare tersebut di atas selain berdasarkan acuan
tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit yang menyertainya.
E.
Cara penularan Diare
Penyakit diare merupakan penyakit
menular yang dapat ditularkan melalui:
a. Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau
muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab.
b.
Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada
orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukan kemulut atau
dipakai untuk memegang makanan.
c.
Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak
terjaga kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan
dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya.
d.
Faktor lingkungan dan prilaku, penyakit diare
merupakan salah satu
Berikut ini merupakan perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare. Perilaku
tersebut antara lain :
1. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4
– 6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini
memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan
3. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
4.
Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin
sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di
rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6.
Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan
benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal
sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja
binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.
7.
Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap
diare. Beberapa faktor pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beratnya
penyakit dan lamanya diare yaitu:
a)
Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung
antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare,
seperti : Shigella dan V. cholerae.
b)
Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko
kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi,
terutama pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat
berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal
ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita
d)
Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Autoimmune Deficiency Syndrome).
Pada anak immunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. Secara
proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
F.
Cara Pemutusan Rantai Penularan Penyakit
Penularan
penyakit diare dapat diputus melalui upaya sebagai berikut:
a.
Penyediaan air bersih
Disarankan kepada perencana penyedian air bersih memperhatikan selain
syarat-syarat lokasinya dan juga syarat-syarat yang lain termasuk cara
penyimpanan untuk mencegah kontaminasi dari tempat pembuangan limbah air dan
penggunaan jamban keluarga.
b.
Pemeriksaan penjamah makanan
Dalam pelaksanaan peningkatan kesehatan lingkungan perlu
dilakukan secara berkala diadakan pemeriksaan terhadap penjamah makanan untuk
mendeteksi pembawa kuman.
G.
Penatalaksanaan Diare
Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, petugas kesehatan memilih salah
satu dari rencana dan pengobatan penderita diare (Depkes RI, 1998) sebagai
berikut:
a.
Penderita diare tanpa dehidrasi
Untuk mengobati diare ini dapat dilakukan di rumah oleh ibu-ibu dengan
memberikan cairan yang berasal dari rumah tangga yang dianjurkan seperti; air
tajin, kuah sayur, air kelapa dan bila mungkin memberikan ASI, sebaiknya
diteruskan disertai dengan pemberian makanan. Bila umur anak 6
bulan atau lebih atau sudah mendapat makanan padat, berikan bubur atau campuran
tepung lainnya dan berikan sari segar atau pisang halus untuk menambah kalium.
b.
Penderita diare dengan dehidrasi ringan
Pada keadaan ini telah mendapat tanda-tanda kekurangan
cairan yaitu penderita telah kehilangan nafsu makan dan aktifitas berkurang.
Cairan pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah oral elektrolit
dengan formula lengkap (oralit), dan diberikan sebanyak anak mau serta anjurkan
ibu untuk meneruskan pemberian ASI. Untuk diare dengan dehidrasi ringan dapat
ditangani di rumah oleh ibu dan kader kesehatan.
c.
Penderita diare dengan dehidrasi sedang
Pada keadaan ini memerlukan perhatian lebih khusus. Pemberian
oralit untuk penderita hendaknya dilakukan oleh petugas kesehatan di sarana
kesehatan dan penderita perlu diawasi oleh petugas kesehatan dan penderita
perlu diawasi untuk beberapa jam lamanya (3-4 jam). Bila penderita sudah lebih
baik keadaannya boleh pulang dengan dibekali beberapa bungkus oralit.
d.
Penderita diare dengan dehidrasi berat
Penderita dengan dehidrasi berat harus diberikan cairan
penetral sebagai berikut:
1)
Terapi cairan parenteral.
Terapi cairan parenteral diindikasikan untuk keadaan-keadaan; muntah atau
kelemahan tidak memungkinkan terapioral, keadaan syok, dan asidosis. Pemberian
cairan diberikan sesuai dengan kondisi penderita.
2)
Pengobatan dietetik
Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin
dan disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Pemberian ASI dan susu formula
dapat terus diberikan dan diperlukannya makanan tambahan pada masa penyembuhan.
3)
Pengobatan medikamentosa
Tidak ada obat yang dapat membantu menghentikan diare
dengan aman dan efektif. Antibiotic tidak efektif untuk melawan sebagian besar
organisme penyebab diare. Antibiotik jarang membantu bahkan dapat membuat
beberapa orang lebih sering sakit dalam jangka panjang. Penggunaan yang
sembarangan akan meningkatkan resistensi organisme penyakit terhadap
antibiotic. Selain antibiotic tidak perlu digunakan secara rutin. Obat anti
diare dan antiemetik jangan diberikan pada anak dan bayi. Tidak satupun yang
terbukti menguntungkan dalam pengobatan diare dan beberapa justru berbahaya.
4)
Penatalaksanaan dehidrasi
No
|
Plan
|
Derajat Dehidrasi
|
Kebutuhan Cairan
|
Jenis Cairan
|
Cara/Lama Pemberian
|
1
|
A
|
Tanpa dehidrasi
|
+ 10-20 ml/kg
setiap kali diare
|
Oralit atau cairan
rumah tangga
|
Oral sampai diare berhenti
|
2
|
B
|
Ringan
|
+ 50 ml/kg/3 jam (+3-4
tts/kg/mnt)
|
½ Darrow atau oralit
|
IV/3 jam bila oral
tidak mungkin atau IG
|
3
|
B
|
Sedang
|
+ 70 ml/kg/3 jam
(+5 tt/kg/mnt)
|
NaCl 0,9 %
RL
Atau ½ Darrow
|
IV/3 jam atau IG/3
jam atau oral 3 jam
|
4
|
C
|
Berat
|
+ 30 ml/kg/1 jam
(+10tt/kg/mnt)
|
NaCl 0,9 %
RL
|
IV/1 jam
|
H.
Pencegahan Diare
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
diare pada balita (Depkes R.I, 2000) :
a.
Pemberian ASI
Air Susu Ibu
(ASI) adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme
lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara
penuh. Pemberian ASI selama diare mengurangi akibat negatif terhadap masa
pertumbuhan dan keadaan gizi bayi. Pemberian ASI mengurangi parahnya kejadian
diare. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang membutuhkan pengobatan intravena dan
perawatan di rumah sakit untuk shigellosis dan diare lain. ASI mempunyai
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain
yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih
besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab
diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, resiko mendapat diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk pemberian
susu formula, biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b.
Pemberian makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara
bertahap. Mulailah dibiasakan dengan makanan orang dewasa yang dihaluskan. Pada
masa tersebut merupakan masa yang berbahaya meningkatkan resiko terjadinya
diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran yang dapat
meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :
1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6
bulan tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 kali sehari).
Setelah anak berumur satu tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan
baik, 4-6 kali sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin.
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau
bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan
sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.
5)
Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air
yang bersih.
6)
Menggunakan air bersih
c.
Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare
d.
Menggunakan jamban
Pengalaman di
beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang
besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga
yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di
jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
e.
Membuang tinja bayi yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya.
Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orang tuanya.
f.
Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi
segera setelah berumur 9 bulan.
I.
Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Penyakit
Diare
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare
terutama pada balita adalah sebagai berikut:
a.
Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
pada lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
b.
Higiene
Faktor hygiene yang dapat mempengaruhi kejadian diare adalah; personal
hygiene dan domestic hygiene (berkaitan dengan cara penyajian air
atau makanan)
c.
Daya tahan tubuh
Faktor daya tahan yang mempengaruhi kejadian diare adalah status gizi,
makin buruk gizi seorang anak,ternyata makin banyak episode diare yang dialami.
Insiden diare dalam masyarakat yang memiliki pendapatan rendah dan kurang
pendidikan mulai bertambah pada saat anak mengenal makanan tambahan dan
frekuensi ini makin meningkat mencapai puncaknya pada saat anak disapih, yaitu
umur 0-23 bulan dengan status gizi kurang. Hal ini disebabkan
karena anak pada umur tersebut mulai disapih dan anak tersebut mulai dikenalkan
dengan makanan tambahan. Makanan yang terkontaminasi akan lebih mudah
mengakibatkan diare pada anak.
ASI merupakan makanan utama dan pertama untuk bayi agar
tumbuh kembang sehat, karena kandungan zat gizinya yang bernilai tinggi, dapat
melindungi bayi terhadap beberapa penyakit dan memberikan interaksi psikososial
yang adekuat. Praktek inisisasi yang terlambat berhubungan dengan pembedaan
oleh ibu, antara susu basi yang keluar pertama kali setelah melahirkan dan susu
putih yang keluar setelah terbuangnya susu basi. Susu basi ini seperti kita
kenal merupakan kolostrum. Pembuangan kolostrum mempunyai implikasi terhadap
kesehatan bayi, karena kolostrum dibuang, inisiasi ASI terlambat, sehingga
supaya tidak haus diberikan makanan yang umumnya berupa cairan. Makanan
pralaktal ini kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri. Perilaku ini
menyebabkan bayi terpapar penyakit diare.
J.
Perawatan Penderita
Diare
Pada penderita diare, penanganan yang baik meliputi
pengobatan maupun perawatan sangat menentukan prognosis dari penyakit
diare yang diderita balita. Pengobatan dan perawatan yang baik di rumah sangat
penting diketahui dan diberikan oleh seorang ibu dalam merawat balita yang
menderita diare.
Menurut Depkes R.I (2000) ada beberapa prinsip penanganan
yang diberikan pada penderita diare, yakni
a. Tindakan mengatasi panas ; seorang ibu yang anaknya
mengalami panas akibat diare dapat memberikan tablet atau obat antipiretik
(Penurun panas), tumbuk halus obat kemudian campurkan dengan makanan lunak atau
minuman, lakukan pengompresan pada daerah kepala dan daerah lipatan dengan
menggunakan kain yang bersih dan nyaman bagi anak.
b. Pemberian makan ; berikan makanan seperti biasanya untuk
memenuhi kecukupan gizi anak berikan dalam porsi kecil/sedikit tetapi sering. Pemberian
ASI pada bayi yang menyusui di teruskan.
c. Pemberian minum ; berilah cairan, air putih, air buah yang
bersih. Cairan berguna untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan
imunitas anak terhadap penyakit.
d.
Jangan memberikan pakaian atau selimut yang tebal
dan rapat terlebih pada anak yang mengalami panas tinggi.
e.
Berilah pakaian yang tipis dan ringan
f.
Jaga kebersihan rumah, jangan buang kotoran (feces)penderita
diare sembarangan
g.
Atur pencahayaan dan kelembaban ruangan rumah
h.
Segera bawa anak yang menderita diare jika
kondisinya semakin memburuk(mengalami dehidrasi hebat) ke Puskesmas atau Rumah
Sakit.
i.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
dari rumah dengan memberikan minuman lebih banyak cairan rumah tangga yang
dianjurkan. Beberapa macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada;
Kebiasaan setempat dalam mengobati diare, tersedianya cairan sari makanan yang
cocok, tersedianya oralit. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga
yang dianjurkan, berikan air matang. Bila terjadi dehidrasi (terutama pada
anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila
terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena
dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pokok bahasan : Diare
Sasaran :
Warga Rt 22 ...........
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
Sasaran : Warga Rt. 22 .....................
Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan
pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang penyakit diare dan dapat mengambil keputusan
secara cepat dan tepat pada saat ada anggota keluarga yang sakit.
2. Tujuan khusus
-
Ibu dan keluarga mengetahui pengertian Diare
-
Ibu dan keluarga mengetahui penyebab penyakit Diare
-
Ibu dan keluarga mengetahui tanda dan gejala
penyakit Diare
-
Ibu dan keluarga mengetahui cara penularan penyakit
Diare
-
Ibu dan keluarga mengetahui faktor resiko
terjadinya penyakit Diare
-
Ibu dan keluarga mengetahui cara perawatan
penderita Diare
-
Ibu dan keluarga mengetahui cara pencegahan
penyakit Diare
Kegiatan :
No
|
Tahapan kegiatan
|
waktu
|
Kegiatan mahasiswa
|
Kegiatan peserta
|
Metode
|
Media
|
1.
2
3.
|
Pendahuluan
Isi
Penutup
|
5 mnt
30 mnt
10 mnt
|
- Mengucapkan salam
- Mengingatkan kontrak pertemuan hari ini.
- Menjelaskan tujuan
- Menanyakan kabar warga yang hadir
- Menjelaskan pengertian Diare, penyebab Diare
- Menjelaskan tanda dan gejala Diare
- Menjelaskan cara penularan Diare
- Menjelaskan factor resiko yang dapat menyebabkan Diare
- Menjelaskan cara perawatan penderita Diare
- Menjelaskan cara pencegahan terkena Diare
- Menanyakan bagaimana perasaan warga setelah
mengetahui lebih banyak tentang penyakit Diare
- Menanyakan apa tindakan yang akan dilakukan oleh
keluarga ketika ada anggota keluarganya yang menderita diare.
- Mengcapkan salam
|
- Menjawab salam
- Mendengarkan dan Mengangguk tanda setuju
- Menjawab pertanyaan
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Aktif mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan penjelasan
- Menjawab pertanyaan
- Menanyakan hal yang masih kurang jelas
- Menjawab salam
|
Tanya jawab
Tanya jawab
Tanya jawab
|
-
Lifleat, Poster
-
|
Evaluasi : Melalui tanggapan yang di berikan oleh keluarga
Materi : Terlampir
Referensi :
Asnil , 1982 . Epidemiologi
Penyakit Diare. Dirjen PPM dan PLP Depke RI, Jakarta
Rani. A, 2003. 100 Juta Episode Diare Per Tahun. Farmacial,
Jakarta Dalam Sya’roni, Akmal dkk. 2003. Naskah Lengkap Workshop Tropik dan
Infeksi Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
Depkes.1996 Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare Dalam Repelita VI, Jakarta

Soegijanto, S (2002). Ilmu
penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta: Salemba medika
Materi pelatihan
kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta
Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai SAP dan Materi Diare lengkap dengan dapus, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
0 komentar