Laporan Pendahuluan Askep Persalinan Normal pdf doc

9:34 PM

Laporan Pendahuluan Askep Persalinan Normal pdf doc


Laporan Pendahuluan Askep Persalinan Normal pdf doc

  1. DEFINISI
         Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).

         Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).

         Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).


  2. SEBAB-SEBAB PERSALINAN
         Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
    1. Teori penurunan hormone
      1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
    2. Teori placenta menjadi tua
      Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
    3. Teori distensi rahim
      Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
    4. Teori iritasi mekanik
      Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
    5. Induksi partus
      Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.


  3. PATOFISIOLOGI
         Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.  Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
    Pathway Persalinan Normal
    Pathway Persalinan Normal


  4. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
         Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).

    Tanda-Tanda In Partu :
    1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
    2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian  servik.
    3. Kadang-kadang ketuban pecah
    4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar


  5. FAKTOR PERSALINAN
    1. PASSAGE (JALAN LAHIR)
           Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari :
      1. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul):
        1. Os. Coxae:
          1. Os illium
          2. Os. Ischium
          3. Os. Pubis
        2. Os. Sacrum = promotorium
        3. Os. Coccygis
      2. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

      Pintu Panggul
      1. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
      2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
      3. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet
      4. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.

      Bidang-bidang :
      1. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium
      2. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
      3. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
      4. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

    2. POWER
           Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

      Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
      1. His (kontraksi otot uterus)
        Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan    sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
      2. kontraksi otot-otot dinding perut
      3. kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
      4. ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

           Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
      1. kontraksi simetris
      2. fundus dominan
      3. relaksasi
      4. involuntir : terjadi di luar kehendak
      5. intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
      6. terasa sakit
      7. terkoordinasi
      8. kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis

      Perubahan-perubahan akibat his :
      1. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
      2. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
      3. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.

           Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his:
      1. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau  persepuluh menit.
      2. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
      3. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik.
      4. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
      5. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3 menit
      6. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

      His Palsu
           His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.

      Kelainan kontraksi otot rahim:
      1. Inertia Uteri
        1. His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang    terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah
        2. Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melema
          Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan  konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
      2. Tetania uteri
             His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
        1. Persalinan Presipitatus
        2. Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
        3. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
          1. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinanT
          2. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan  inversion  uteri
          3. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin  dalam rahim
      3. Inkoordinasi otot rahim
             Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
        1. Faktor usia penderita elative tua
        2. Pimpinan persalinan
        3. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
        4. Rasa takut dan cemas

    3. PASSANGER
           Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

           Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah  kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

    4. PSIKIS (PSIKOLOGIS)
           Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.

      Psikologis meliputi :
      1. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
      2. Pengalaman bayi sebelumnya
      3. Kebiasaan adat
      4. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

      Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
      1. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
      2. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
      3. Medikasi persalinan
      4. Nyeri persalinan dan kelahiran

    5. PENOLONG
           Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.


  6. KALA PERSALINAN
    Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
    1. Kala I (kala pembukaan)
           In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.

      Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
      1. Fase laten
        Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
      2. Fase aktif
        Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
        1. periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
        2. periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
        3. periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.

           Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

    2. Kala II (pengeluaran janin)
           His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.

      Mekanisme persalinan:
           Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.

           Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.

      Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
      1. Penurunan kepala.
      2. Fleksi.
      3. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
      4. Ekstensi.
      5. Ekspulsi.
      6. Rotasi luar ( putaran paksi luar)

           Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan,  akan tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
      1. Penurunan Kepala.
             Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul  biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.

             Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis  agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :
        1. Asinklitismus posterior :   Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
        2. Asinklitismus anterior  :   Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

             Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.

             Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
        1. Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
        2. Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan
        3. Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang

      2. Fleksi
             Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

      3. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
             Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.

      4. Ekstensi
             Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.

        Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.

      5. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
             Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

      6. Ekspulsi
             Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

             Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.


    3. Kala III (pengeluaran plasenta)
           Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

    4. Kala IV
           Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.


  7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
    1. Pemeriksaan Laboratorium
      1. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
        Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
      2. Pemeriksaan urin gula
        Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
      3. Pemeriksaan darah
    2. Ultrasonografi (USG)
      Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
    3. Stetoskop Monokuler
      Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
    4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
      Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama


  8. PENATALAKSANAAN
    Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
    1. Kaji kondisi fisik klien
    2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
    3. Menganjurkan klien istirahat
    4. Mengobservasi perdarahan
    5. Memeriksa tanda vital
    6. Memeriksa kadar Hb
    7. Berikan cairan pengganti intravena RL
    8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

    PERSIAPAN PERSALINAN
    1. Ibu :
      1. Gurita, 3 buah
      2. Baju tidur, 3 buah
      3. Underware secukupnya
      4. Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi
      5. Pembalut khusus, 1 bungkus
      6. Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar
    2. Bayi :
      1. Popok dan gurita bayi, 1-2 buah
      2. Baju bayi, 1-2 buah
      3. Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah
      4. Selimut,topi dan kaos kaki bayi
      5. Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
    3. Penolong :
      1. Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki, celemek
      2. Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
        Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
      3. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
        Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC, pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
    4. Alat :
      Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup) :
      1. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
      2. Gunting tali pusat
      3. Benang tali pusat
      4. Kateter nelaton
      5. Gunting episiotomy
      6. Alat pemecah selaput ketuban
      7. 2 psang sarung tangan dtt
      8. Kasa atau kain kecil
      9. Gulungan kapas basah
      10. Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai
      11. Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
      12. 4 kain bersih
      13. 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
    5. Bahan :
      1. Partograf
      2. Termometer
      3. Pita pengukur
      4. Feteskop / dopler
      5. Jam tangan detik
      6. Stetoskop
      7. Tensi meter
      8. Sarung tangan bersih
    6. Obat-Obatan :
      1. Ibu:
        1. 8 Ampul Oksitosin 1 ml  10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml
        2. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin
        3. 3 botol RL
        4. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
      2. Bayi:
        1. Salep mata tetrasiklin
        2. Vit K 1 mg

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN PERSALINAN NORMAL


ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN PERSALINAN NORMA

A. KALA I (fase laten)
  1. Pengakajian :
    1. Integritas ego
      Klien tampak tenang atau cemas
    2. Nyeri atau ketidaknyamanan
      Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
    3. Seksualitas
      Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir.

  2. Diagnosa Keperawatan :
    1. Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
    2. Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
    3. Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi fekal.
    4. Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
    5. Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system pendukung.

  3. Intervensi
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC
NIC
1.
Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.









Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ……..diharapkan ansietas pasien berkurang dengan criteria hasil:
·    TTV dbn
·    Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya
·    Lingkungan sekitar pasien tenang dan kondusif
·    Orientasikan klien pada lingkungan, staf dan prosedur
·    Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan
·    Kaji tingkat dan penyebab ansietas
·    Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi
·    Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya
·    Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pasien
2.
Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,pengetahuan pasien tentang persalinan meningkat dengan criteria hasil:
·    Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pernafasan  dan posisi yang tepat untuk fase persalinan
·    Kaji persiapan,tingkat pengetahuan dan harapan klien
·    Beri informasi dan kemajuan persalinan normal
·    Demonstrasikan teknik pernapasan atau relaksasi dengan tepat untuk setiap fase persalinan
3.
Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi fekal.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….diharapkan infeksi maternal dapat terkontrol dengan criteria hasil:
·    TTV dbn
·    Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
·    Kaji latar belakang budaya klien.
·    Kaji sekresi vagina, pantau   tanda-tanda vital.
·    Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik.
·    Gunakan teknik aseptic saat pemeriksaan vagina.
·    Lakukan perawatan perineal setelah eliminasi.
4.
Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…,diharapkan cairan seimbang dengan kriterian hasil:
TTV dbn
·    Input dan output cairan seimbang
·    Turgor kulit baik
·    Pantau masukan dan haluaran.
·    Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih sering bila suhu tinggi, pantau tanda-tanda vital. DJJ sesuai indikasi.
·    Kaji produksi mucus dan turgor kulit.
·    Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
·    Pantau kadar hematokrit.
5.
Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system pendukung.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…..,diharapkan koping pasien efektif dengan criteria hasil:
·    Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
·    Tentukan pemahaman dan harapan terhadap proses persalinan
·    Anjurkan mengungkapkan perasaan
·    Beri anjuran kuat thd mekanisme koping positif dan
·    Bantu relaksasi


B. KALA I (fase aktif)
  1. Pengkajian
    1. Aktivitas istirahat
      Klien tampak kelelahan.
    2. Integritas ego
      Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
    3. Nyeri atau ketidaknyamanan
      Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
    4. Keamanan
      Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
    5. Seksualitas
      Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada primipara)

  2. Diagnosa Keperawatan:
    1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
    2. Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
    3. Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
    4. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan mobilitas gastrik.
    5. Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan aliran darah

  3. Intervensi
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
1.
Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…..,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:
·     TTV dbn
·     Pasien dapat mendemonstrasikan kontrol nyeri
·     Kaji derajat ketidaknyamanan secara verbal dan nonverbal    
·     Pantau dilatasi servik
·     Pantau tanda vital dan DJJ     
·     Bantu penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi
·     Bantu tindakan kenyamanan spt.
·     Gosok punggung, kaki
·     Anjurkan pasien berkemih 1-2 jam
·     Berikan informasi tentang ketersediaan analgesic
·     Dukung keputusan klien menggunakan obat-obatan/tidak
·     Berikan  lingkungan yang tenang
2.
Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan eliminasi urine pasien normal dengan criteria hasil:
·     Cairan seimbang
·     Berkemih teratur
·     Palpasi di atas simpisis pubis
·     Monitor  masukan dan haluaran
·     Anjurkan upaya berkemih sedikitnya 1-2 jam
·     Posisikan klien tegak dan cucurkan air hangat di atas perineum
·     Ukur suhu dan nadi, kaji adanya peningkatan
·     Kaji kekeringan kulit dan membrane mukosa
3.
Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan koping pasien efektif dengan criteria hasil:
·     Pasien dapat mengungkapkan peraannya
·     Tentukan pemahaman dan harapan terhadap proses persalinan
·     Anjurkan mengungkapkan perasaan
·     Beri anjuran kuat terhadap mekanisme koping positif dan bantu relaksasi 
4.
Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan mobilitas   gastrik.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan cidera terkontrol dengan criteria hasil:
·     TTV dbn
·     Aktivitas uterus baik
·     Posisi pasien nyaman
·     Pantau aktivitas uterus secara manual
·     Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi intensif
·     Hindari meninggikan klien tanpa perhatian
·     Tempatkan klien pada posisi tegak, miring ke kiri
·     Berikan perawatan perineal selama 4 jam
·     Pantau suhu dan nadi
·     Kolaborasi pemberian antibiotik (IV)
5.
Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan aliran darah
Setelah asuhan keperawatan selama….,diharapkan janin dalam kondisi baik dengan criteria hasil:
·     DJJ dbn
·     Presentasi kepala (+)
·     Kontraksi uterus teratur
·     Kaji adanya kondisi yang menurunkan situasi uteri plasenta
·     Pantau DJJ dengan segera bila pecah ketuban 
·     Instuksikan untuk tirah baring bila presentasi tidak masuk pelvis
·     Pantau turunnya janin pada jalan lahir
·     Kaji perubahan DJJ selama kontraksi


C. KALA II
  1. Pengkajian
    1. Aktivitas/ istirahat:
      1. Melaporkan kelelahan
      2. Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
      3. Lingkaran hitam di bawah mata
    2. Sirkulasi
      Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
    3. Integritas ego
      Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
    4. Eliminasi
      Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
    5. Nyeri / ketidaknyamanan
      1. Dapat merintih / menangis selama kontraksi
      2. Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
      3. Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
      4. Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
      5. Pernafasan : Peningkatan frekwensi pernafasan
    6. Seksualitas:
      1. Servik dilatasi penuh (10 cm)
      2. Peningkatan perdarahan pervagina
      3. Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
      4. Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

  2. Diagnosa Keperawatan
    1. Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
    2. Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
    3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik

  3. Intervensi
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
1.
Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:
·      TTV dbn
·      Pasien dapat mendemostrasikan nafas dalam dan teknik mengejan
·      Identifikasi derajat ketidaknyamanan
·      Berikan tanda/ tindakan kenyamanan seperti perawatan kulit, mulut, perineal dan alat-alat tahun yang kering
·      Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk mengedan
·      Pantau tanda vital ibu dan DJJ
·      Kolaborasi pemasangan kateter dan anastesi
2.
Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…..,diharapkan kondisi cardiovaskuler pasien membaik dengan criteria hasil:
·      TD dan nadi dbn
·      Suplay O2 tersedia
·      Pantau tekanan darah dan nadi tiap 5 – 15 menit
·      Anjurkan pasien untuk inhalasi dan ekhalasi selama upaya mengedan
·      Anjurkan klien / pasangan memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi
3.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik
Setelah asuhan keperawatan selama….,diharapkan integritas kulit terkontrol dengan criteria hasil:
·      Luka perineum tertutup (epiostomi)
·      Bantu klien dan pasangan pada posisi tepat
·      Bantu klien sesuai kebutuhan
·      Kolaborasi epiostomi garis tengah atau medic lateral
·      Kolaborasi terhadap pemantauan kandung kemih dan kateterisasi

D. KALA III
  1. Pengkajian
    1. Aktivitas / istirahat
      Klien tampak senang dan keletihan
    2. Sirkulasi
      1. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal    dengan cepat
      2. Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
      3. Nadi melambat
    3. Makan dan cairan
      Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
    4. Nyeri / ketidaknyamanan
      Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
    5. Seksualitas
      1. Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
      2. Tali pusat memanjang pada muara vagina

  2. Diagnosa Keperawatan
    1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral, muntah.
    2. Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
    3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan

  3. Intervensi
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
1.
Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral, muntah.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan cairan seimbang denngan criteria hasil:
·      TTV dbn
·      Darah yang keluar ± 200 – 300 cc
·      Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi
·      Kaji tanda vital setelah pemberian oksitosin
·      Palpasi uterus
·      Kaji tanda dan gejala shock
·      Massase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta
·      Kolaborasi pemberian cairan parentral
2.
Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:
·      Pasien dapat control nyeri
·      Bantu penggunaan teknik pernapasan
·      Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan
·      Ganti pakaian dan liner basah
·      Berikan selimut penghangat
·      Kolaborasi perbaikan episiotomy
3.
Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan cidera terkontrol dengan criteria hasil:
·      Plasenta keluar utuh
·      TTV dbn
·      Palpasi fundus uteri dan massase dengan perlahan
·      Kaji irama pernafasan
·      Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan antiseptic
·      Kaji perilaku klien dan perubahan system saraf pusat
·      Dapatkan sampel darah tali pusat, kirim ke laboratorium untuk menentukan golongan darah bayi
·      Kolaborasi pemberian cairan parenteral

E.  KALA IV
  1. Pengkajian
    1. Aktivitas
      Dapat tampak berenergi atau kelelahan
    2. Sirkulasi
      Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
    3. Integritas Ego
      Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
    4. Eliminasi
      Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
    5. Makanan/cairan
      Mengeluh haus, lapar atau mual
    6. Neurosensori
      Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
    7. Nyeri/ketidaknyamanan
      Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
    8. Keamanan
      Peningkatan suhu tubuh
    9. Seksualitas
      Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.

  2. Diagnosa Keperawatan
    1. Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas
    2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
    3. Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga

  3. Intervensi
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
1.
Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:
·      Pasien dapat control nyeri
·      Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan
·      Beri informasi yang tepat tentang perawatan selama periode pascapartum
·      Lakukan tindakan kenyamanan
·      Anjurkan penggunaan teknik relaksasi
·      Beri analgesic sesuai kemampuan
2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan cairan simbang dengan criteria hasil:
·      TD dbn
·      Jumlah dan warna lokhea dbn
·      Tempatkan klien pada posisi rekumben
·      Kaji hal yang memperberat kejadian intrapartal
·      Kaji masukan dan haluaran
·      Perhatikan jenis persalinan dan anastesi, kehilangan daripada persalinan
·      Kaji tekanan darah dan nadi setiap 15 menit
·      Dengan perlahan massase fundus bila lunak
·      Kaji jumlah, warna dan sifat aliran lokhea
·      Kolaborasi pemberian cairan parentral
3.
Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota keluarga
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…..,diharapkan proses keluarga baik dengan criteria hasil:
·      Ada kedekatan ibu dengan bayi
·      Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh bayi
·      Observasi dan catat interaksi bayi
·      Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan klien

DAFTAR PUSTAKA

  1. Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID
  2. FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
  3. Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
  4. Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 8 Maret 2019)
  5. Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby.
  6. Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.
  7. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
  8. Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana Prawirohardjo.

Sumber : Perawat Kita Satu

Demikianlah artikel singkat ari kami ini yang berjudul Laporan Pendahuluan Askep Persalinan Normal pdf doc. Semoga apa yang telah kami sajikan dan berikan tersebut diatas dapat bermanfaat dan sampai jumpa lagi dipertemuan kita selanjutnya.

Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Laporan Pendahuluan Askep Persalinan Normal pdf doc, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

0 komentar