Pemberian Obat Secara Sub Kuan dan Intrakutan
A. Pengertian pemberian obat sub cutan dan
intra cutan
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui injeksi (suntikan) ke
area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis.
Pemberian obat melalui subkutan biasanya dilakukan dalam program pemberian
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Memberikan obat melalui suntikan
intracutan/ intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan
melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis.
B. Tujuan pemberian obat sub cutran dan inta
cutan
Tujuan pemberian obat sub cutan :
a.
Memasukkan
sejumlah obat ke dalam jaringan subkutan di bawah kulit untuk di absorpsi.
b.
Melaksanakan
fungsi kolaborasi dengan dokter.
Tujuan pemberian obat intra cutan :
a. Pasien mendapatkan pengobatan
sesuai program pengobatan dokter.
b Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
c. Membantu menentukan diagnosa terhadap
penyakit tertentu (misalnya
tuberculin tes).
d. Menghindarkan pasien dari efek alergi
obat ( dengan skin test).
C. Lokasi Injeksi Sub cutan dan intra cutan
Lokasi injeksi Sub cutan :
a.
Lengan atas
sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu
b.
Paha depan
c.
Daerah
sekitar umbilicus (abdomen)
d.
Area scapula
pada punggung bagian atas
e.
Area
ventrogluteal
f.
Area
dorsogluteal
Lokasi injeksi intra cutan :
lapisan
dermis atau di bawah epidermis atau permukaan kulit.
D. 5 prinsip benar dalam pemberian obat dan Prinsip
Injeksi sub cutan dan inta cutan
Pemberian obat harus sesuai dengan prinsip 5 benar:
1. Benar Klien : Periksa nama klien, nomer RM, ruang, nama dokter yang meresepkan pada catatan pemberian obat, catatan pemberian obat, kartu obat dan gelang identitas pasien
2. Benar Obat: Memastikan bahwa obat generik sesuai dengan nama dagang obat, klien tidak alergi pada kandungan obat yang didapat. memeriksa label obat dengan catatan pemberian obat
3. Benar Dosis : Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan rentang pemberian dosis untuk cara pemberian tersebut, berat badan dan umur klien; periksa dosis pada label obat untuk membandingkan dengan dosis yang tercatat pada catatan pemberian obat; lakukan penghitungan dosis secara akurat.
4. Benar Waktu : periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan pemberian obat (misalnya obat yang diberikan 2 kali sehari, maka pada catatan pemberian obat akan tertera waktu pemberian jam 6 pagi, dan 6 sore)
5. Benar Cara : memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat tersebut dapat diberikan sesuai cara yang diinstruksikan, dan periksa cara pemberian pada catatan pemberian obat.
A. Prinsip
pemberian injeksi sub cutan :
·
Bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau
edema
·
Area kulit yang akan diinjeksi diregangkan
·
Injeksi dilakukan dengan sudut 45°
·
Lakukan aspirasi tidak boleh ada darah
·
Massage pada daerah injeksi setelah injeksi
·
Sebelum memberi obat,tanyakan riwayat pemberian obat
sebelumnya, apakah pernah alergi dengan obat
tertentu.
·
Bila pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat tertentu,
tulis nama obat pada catatan alergi obat.
·
Pada pemakaian injeksi subcutan untuk jangka waktu
yang lama, maka injeksi
perlu
direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
B. Prinsip
pemberian injeksi intra cutan.
· Sebelum memberikan obat perawat harus
mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping
obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang
obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang
riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa
obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi
pemakaian obat.
· Untuk mantoux tes (pemberian PPD)
diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
· Setelah dilakukan penyuntikan tidak
dilakukan desinfektan.
· Perawat harus
memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis
obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien
atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka
pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan
untuk pembuktian penolakan therapi.
· Injeksi intrakutan
yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik
sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan
aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
· Injeksi yang dilakukan
untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit, untuk langsung
disuntikan pada pasien.
a) Prosedur
pemberian obat sub cutan.
1. Persiapan Peralatan
a.
Buku catatan
pemberian obat atau kartu obat
b.
Alat tulis
c.
Sarung
tangan 1 pasang
d.
Vial atau
ampul berisi obat yang akan diberikan
e.
Spuit 2 ml
dan jarum steril
f.
Kapas
alkohol dalam kom (secukupnya)
g.
Kassa steril
untul membuka ampul (bila diperlukan)
h. Plester
i. Bak
instrumen
j. Bengkok
2.
Prosedur
Pelaksanaan
a.
Tahap
PraInteraksi
·
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
·
Mencuci tangan
·
Menyiapkan obat dengan benar (memasukkan obat dari
vial atau ampul
ke dalam
tabung spuit dengan cara yang benar)
·
Mengeluarkan udara dari spuit injeksi
·
Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b.
Tahap
Orientasi
·
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
·
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
·
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja
·
Mengatur posisi pasien dalam posisi yang nyaman sesuai
tempat injeksi
(jangan
keliru pasien; bantu pasien pada posisi dimana tempat akan
dilakukan
injeksi sehingga dapat rileks).
·
Memasang perlak dan alasnya
·
Membebaskan daerah yang akan di injeksi (usap dengan
kapas
alkoholdari
tengah keluar secara melingkar)
·
Memakai sarung tangan
·
Membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar
dari arah dalam ke
luar)
biarkan kering
·
Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mengangkat cutan (kulit)
·
Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol
dan jari-jari pada
area injeksi dengan telapak tangan menghadap ke arah
samping atau atas untuk kemiringan 45° atau dengan telapak tangan menghadap ke
bawah untuk kemiringan 45°
·
Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk
spuit
·
Memasukkan obat ke dalam subcutan perlahan
·
Mencabut spuit dengan cepat dan hati-hati sambil
menekan lalu usap dan
massage pada
area injeksi. Bila tempat penusukan mengeluaran darah,
maka tekan
area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan
berhenti.
·
Membuang spuit ke dalam bengkok
d.
Tahap
Terminasi
·
Melakukan evaluasi tindakan
·
Merapikan pasien
·
Membereskan alat-alat
·
Mencuci tangan
·
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
b) Prosedur pemberian obat inta cutan
1.
Alat dan Bahan.
·
Sarung tangan 1 pasang
·
Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
·
Jarum 1 (steril)
·
Bak spuit 1
·
Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
·
Perlak dan pengalas
·
Obat sesuai program terapi
·
Bengkok 1
·
Alat tulis/bolpoint
·
Buku injeksi/daftar obat
2. Prosedur
Kerja.
1) Tahap
PraInteraksi
· Melakukan
verifikasi data sebelumnya bila ada
· Mencuci
tangan
· Menyiapkan
obat dengan benar
· Menempatkan
alat di dekat pasien dengan benar
2) Tahap
Orientasi
· Memberikan
salam sebagai pendekatan terapeutik
· Menjelaskan
tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
· Menanyakan
kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3) Tahap
Kerja
· Mengatur
posisi pasien sesuai tempat penyuntikan
· Memasang
perlak dan alasnya
· Membebaskan
daerah yang akan di injeksi
· Memakai
hand schoon
· Membersihkan
kulit tempat suntikan dengan kapas alcohol (melingkar dari arah dalam ke luar)
· Menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk untuk meregangkan kulit
· Menusuk
spuit dengan kemiringan 15-20o, jarum masuk kurang lebih 0,5 cm\
· Memasukkan
obat ke dalam kulit perlahan, pasyikan ada penonjolan
· Mencabut
jarum dari tempat tusukan
· Memberi
tanda lingkaran sekitar tusukan
· Membuang
spuit ke dalam bengkok
4..
Tahap Terminasi
· Melakukan evaluasi tindakan
· Melakukan
kontrak untuk kegiatan selanjutnya
· Berpamitan
dengan klien
· Membereskan
alat-alat
· Mencuci
tangan
· Mencatat
kegiatan dalam lembar catatan keperawata
F. penghitungan
dosis obat.
Dosis pada
Bayi dan Anak Balita
Pembagian dosis obat pada bayi dan anak
balita dibedakan berdasarkan 2
standar, yaitu berdasarkan luas permukaan
tubuh dan berat badan.
a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep
mengandung obat
yang ber-DM, tanyakan umurnya.
b. Bila ada zat
yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).
c. Urutan
melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir
(FI. Ed.III,
Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned.
Ed. V, CMN dan lain-lain).
d. Setelah
diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu
untuk sekali
minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.
Begitu juga
untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
e. Dosis
Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
f. Cara
menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
1. Young
Untuk
umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da =
n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n = umur
dalam tahun
2.
Dilling
Untuk umur
di atas 8 tahun dengan rumus :
Da = n / 20
+ Dd ( mg )
n = umur
dalam tahun
3. Gaubius
Da = 1/12 +
Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 +
Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 +
Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 +
Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 +
Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )
4.
Fried
Da = m/150 x
Dd ( mg )
5.
Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) (
umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) (
umur 1-9 minggu )
6.
Clark
Untuk
umur <1tahun
Da = w anak/ w dewasa x Dd
7.
Berdasarkan
area permukaan tubuh :
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal
F. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberina obat.
Pemberian
obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
- Jenis spuit dan jarum yang digunakan
- Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
- Tempat injeksi
- Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
- Kondisi/penyakit klien
G. Cara mencegah infeksi dalam injeksi.
Salah
satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat
menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
1.
Untuk
mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat.
Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka
2.
Untuk
mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang
3.
terkontaminasi
(mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat,
bagian atas wadah obat, permukaan meja)
4.
Untuk
mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau
bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup
atau jarum.
5.
Untuk
menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses
dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar
ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan
bergerak keluar dalam jarak dua inci.
H.
Kontra Indikasi.
Resiko
infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dan
itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko
kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV berbahaya karena
absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien
, khususnya anak-anak.
I.
Cara Penyimpanan
Obat.
Dalam
menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
1.
Suhu, adalah faktor terpenting, karena
pada umumnya obat itu bersifat
termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk
itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya
insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh
beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2.
Posisi, pada tempat yang terang, letak
setinggi mata, bukan tempat umum
dan terkunci.
3.
Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi
stok, dimana obat baru
diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan.
Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi
basah / bentuknya rusak.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusmiyati, Yuni. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya
Retna, Eni A dan Tri Sunarsih. 2009.
KDPK Kebidanan. Jogjakarta : Nuha
Medika
Anief, Moh. Drs, Apt. Ilmu
Farmasi. 1984. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oke Sekianlah artikel kami yang membahas mengenai Pemberian Obat Secara Subkuan dan Intrakutan, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman semua, dan jangan lupa share artikel kami ini jika bermanfaat dan tetap mencantumkan link blog kami. Jangan bosan untuk membaca artikel lainnya disini, Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
1 komentar: